Patrick menjelaskan pembelian produk yang telah direncanakan, seperti handphone atau perangkat teknologi lainnya, tetap dilakukan. Sedangkan belanja spontan cenderung dihindari.
Dia juga menyinggung kekhawatiran yang berkembang di berbagai forum terkait makin menyusutnya kelas menengah Indonesia.
"The disappearing middle class of Indonesia, itu yang dikhawatirkan sebenarnya," ujar Patrick.
Wakil Direktur Utama ERAA, Hasan Aula, menambahkan kebutuhan masyarakat akan perangkat mobile saat ini sudah sangat tinggi.
Hal tersebut menjadi penopang utama stabilnya penjualan produk ERAA di tengah tantangan daya beli.
"Pemakaian handphone makin lama makin banyak dengan segala aktivitasnya. Orang sekarang kalau ketinggalan dompet enggak masalah, asal bawa handphone," ujar Hasan.
Sepanjang 2024, ERAA mencatatkan pendapatan usaha mencapai Rp65,27 triliun atau naik 8,55 persen year on year (yoy). Sedangkan laba bersih tumbuh 25 persen (yoy) menjadi Rp1,03 triliun.
(NIA DEVIYANA)