Istilah agio saham kurang populer di kalangan investor, sebab nilai agio berkaitan dengan kesepakatan antar pendiri entitas. Sehingga istilah agio umumnya hanya terdengar saat perusahaan tersebut mencatatkan sahamnya di bursa.
Ada dua jenis agio saham, yakni agio biasa yang berasal dari penjualan saham baru ketika IPO dan agio treasury yang berasal dari aksi pembelian saham kembali oleh emiten (buyback) yang kemudian dijual kembali dengan harga lebih tinggi.
Lalu bagaimana cara menghitung agio dan disagio saham? Sebagai contoh, misalnya terdapat lima pendiri yang berencana membangun perusahaan dengan modal dasar Rp10 miliar, di mana tiap orang menyetorkan modal Rp500 juta.
Maka keseluruhan modal yang terhimpun adalah Rp2,5 miliar, sementara modal yang belum disetor alias kekurangan modalnya adalah Rp7,5 miliar. Kelima pendiri kemudian menyepakati bahwa nilai saham perusahaannya adalah Rp1.000 per lembar.
Maka tiap-tiap pendiri memiliki 500.000 lembar saham, dengan total lembar saham mencapai 2,5 juta lembar (dan 7,5 juta saham protepel/belum diterbitkan dari sisa modal yang belum disetorkan).