“Mereka menambang di lokasi kita dan bekerja sama lalu ada kompensasi. Tapi dikarenakan harga logam sedang tinggi, produksi dari lokasi induk itu justru gak masuk ke kami,” kata Abdullah saat ditemui wartawan di Jakarta, Jumat (2/9/2022).
Sepanjang semester I 2022, TINS membukukan pendapatan sebesar Rp7,47 triliun atau naik 27% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,42 triliun. Sementara itu, laba bersih perseroan naik 301% menjadi Rp1,08 triliun dari sebelumnya Rp270 miliar.
Meningkatnya laba bersih didukung karena performa harga jual logam timah selama periode enam bulan tahun ini, dengan rata-rata harga USD41.110 per metrik ton. Membaiknya profitabilitas perseroan terlihat juga dari naiknya EBITDA sebesar 82% menjadi Rp1,9 triliun.
(DES)