Pandangan lainnya datang dari Ciptadana Sekuritas yang memaparkan, volatilitas harga batu bara diperkirakan mereda seiring dengan pemulihan ekonomi China yang mendorong permintaan energi.
Harga batu bara Newcastle rata-rata mencapai USD135,4 per ton sepanjang tahun berjalan.
Meski pengembangan energi terbarukan terus mengurangi konsumsi batu bara di beberapa wilayah, permintaan tetap kuat di negara-negara besar seperti China, India, dan Asia Tenggara. Di India, urbanisasi yang pesat dan pertumbuhan ekonomi menjadi motor utama peningkatan konsumsi batu bara.
Dari sisi kebijakan, pemerintah Indonesia memperkenalkan skema Mitra Instansi Pengelola (MIP) untuk mendukung perusahaan tambang dengan eksposur domestik tinggi, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Kebijakan ini diharapkan dapat menjembatani perbedaan harga batu bara domestik, yang saat ini dibatasi pada USD70 per ton, dengan harga ekspor.
Ciptadana memperkirakan, pasar batu bara global tetap stabil, didukung oleh meningkatnya kebutuhan pembangkit listrik di China dan India pada paruh kedua 2024 hingga tahun fiskal 2025 (FY25).