Analis mencatat skala dan dampak serangan ini lebih besar dibanding insiden sebelumnya.
“Pada akhirnya, mereka bisa mengenai target yang menyebabkan gangguan berkepanjangan,” ujar analis UBS, Giovanni Staunovo, mengacu pada meningkatnya frekuensi dan ketepatan serangan Ukraina.
Kekhawatiran pasokan semakin besar dengan adanya sanksi Barat yang menargetkan sektor minyak Rusia. Dengan AS melarang transaksi dengan produsen besar seperti Rosneft dan Lukoil setelah 21 November, tekanan logistik makin terasa.
Menurut JPMorgan, sekitar 1,4 juta barel per hari minyak Rusia, hampir sepertiga ekspor via laut, terpaksa dialihkan ke penyimpanan tanker karena sanksi memperlambat proses bongkar muat. Tantangan ini diperkirakan memburuk ketika sanksi tersebut sepenuhnya berlaku.
Sementara itu, jumlah rig minyak AS naik tiga menjadi 417 pekan lalu, mengindikasikan sedikit peningkatan kapasitas produksi domestik, meski belum cukup untuk mengimbangi potensi kekurangan pasokan dari Rusia.