Pada 2023, ekspor batu bara Rusia meningkat sebesar 1,5 persen, ditopang permintaan yang kuat di China tahun lalu.
Sepanjang 2023, China mengalami kekeringan parah sehingga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) memproduksi energi lebih sedikit dari biasanya. Alhasil, Beijing mengandalkan batu-bara untuk menambal kekurangannya.
Secara keseluruhan, kawasan Asia Pasifik menyumbang 82 persen impor batu bara global. Di sisi lain, impor Eropa turun ke level terendah sejak 2000.
Melansir World Bank (21/6/2024), pada 2023, konsumsi batu bara diperkirakan mencapai rekor tertinggi, meningkat 120 juta ton (1,4 persen) dibandingkan 2022.
Namun, pertumbuhan permintaan melambat karena lemahnya aktivitas perekonomian global, tingginya penetrasi listrik terbarukan, dan rendahnya harga gas alam.