sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Rahasia SILO-MIKA Cs Cetak Kinerja Solid di Kuartal I-2023

Market news editor Melati Kristina - Riset
09/05/2023 12:18 WIB
Emiten Rumah Sakit mencetak kinerja yang solid di kuartai I-2023 didukung oleh mobilitas pasien yang masih bertumbuh pasca Covid-19 mereda.
Rahasia SILO-MIKA Cs Cetak Kinerja Solid di Kuartal I-2023. (Foto: MNC Media)
Rahasia SILO-MIKA Cs Cetak Kinerja Solid di Kuartal I-2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Emiten Rumah Sakit (RS) mencatatkan kinerja yang solid pada kuartai I-2023, didukung oleh mobilitas pasien yang bertumbuh pasca Covid-19 mereda.

Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia yang dirilis pada Jumat (5/5) bertajuk “Staying in Positive Trajectory”, tiga emiten RS melaporkan pertumbuhan pendapatan hingga laba bersih secara kumulatif pada kuartal I-2023.

Emiten tersebut di antaranya adalah PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA).

“Ini didukung oleh pertumbuhan mobilitas pasien ke rumah sakit yang lebih tinggi, bahkan melebihi mobilitas pasien saat sebelum pandemi Covid-19,” tulis riset tersebut.

Secara kumulatif, pendapatan tiga emiten tersebut bertumbuh hingga 11,30 persen year on year (yoy) didukung pertumbuhan mobilitas pasien rawat jalan dan rawat inap sebesar 20,80 persen dibanding sebelum masa pandemi (kuartal I-2019) menjadi 3,5 juta pasien.

Di samping itu, pendapatan rawat inap pasien per hari juga naik menjadi 3,7 juta pasien atau tumbuh 13 persen dibanding kuartal I-2019.

Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, MIKA mencetak pertumbuhan margin EBITDA mencapai 35,10 persen di kuartal I-2023, disusul oleh SILO dan HEAL yang mencatatkan kenaikan margin EBITDA masing-masing sebesar 29,50 persen dan 24,70 persen.

Sementara, Samuel Sekuritas menyebutkan, kinerja laba bersih MIKA dan SILO sesuai prediksi konsensus, yakni masing-masing naik 20,70 persen dan 29,20 persen. Di sisi lain, kinerja laba bersih HEAL di bawah perkiraan konsensus, yakni 17,40 persen.

Adapun, untuk tahun 2023, MIKA merevisi pertumbuhan top linenya menjadi 8 hingga 10 persen yoy dari sebelumnya di angka 13-15 persen yoy karena penurunan tajam kasus Covid-19 dan iuran BPJS yang lebih tinggi di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti.

Sedangkan, rencana pembukaan RS baru emiten ini di Slawi dan Pamulang juga dapat berpengaruh terhadap margin perusahaan.

“Untuk HEAL, emiten ini tetap mempertahankan top linenya bertumbuh 16-20 persen yoy di angka Rp5,70 hingga Rp5,90 triliun didorong optimisme perusahaan dalam mencatatkan kinerja lebih solid pada semester II-2023,” tulis Samuel Sekuritas.

Menurut Samuel Sekuritas, kemampuan HEAL dalam mencatatkan kinerja lebih kuat didukung oleh normalisasi pengeluaran IT dan pendapatan pasien yang lebih baik disertai penyesuaian tarif BPJS.

Kinerja Saham Terkoreksi

Lebih lanjut, sejalan dengan kinerja solid emiten RS yang telah disinggung di atas, Samuel Sekuritas memberikan rating netral pada sektor perawatan kesehatan.

“Sikap kami netral dengan HEAL sebagai pilihan utama karena kami percaya bahwa skema coordination of benefits (CoB) akan menguntungkan emiten yang memiliki porsi pasien JKN lebih besar,” kata Samuel Sekuritas dalam risetnya.

Di samping itu, pemeringkatan tersebut juga didasari oleh sejumlah faktor pendorong, seperti mobilitas pasien yang lebih baik perkiraan hingga kasus kesehatan yang lebih kompleks.

Meski menjadi pilihan utama, saham HEAL masih terkoreksi sepanjang tahun 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan sesi I, Selasa (8/5), saham HEAL terkoreksi hingga 13,87 persen secara year to date (YTD).

Selain HEAL, saham emiten RS lainnya yang terkoreksi di periode ini adalah MIKA. Tercatat, saham MIKA merosot hingga 18,81 persen sepanjang 2023.

Namun demikan, saham SILO justru melesat secara YTD. Data BEI pada periode yang sama mencatat, saham SILO melambung hingga 32,54 persen sepanjang 2023.

Kendati demikian, meski emiten RS mencatatkan kinerja yang solid dengan prospek industri yang menark di tahun ini, investor tetap perlu mewaspadai faktor risiko.

Samuel Sekuritas menyebutkan, faktor risiko yang menjadi pertimbangan di antara lain adalah perlambatan ekonomi dengan perkiraan inflasi pada 2023 sebesar 4 persen yang mendorong penurunan pendapatan per pasien lebih buruk dari prediksi.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement