“Dengan rating BBB- dan kondisi global yang seperti ini takutnya investor bersikap risk averse. Jadi menghindari dulu obligasi-obligasi yang rating-nya rendah,” ungkapnya.
Pada kesempatan terpisah, CEO Finvesol Consulting Fendy Susianto mengatakan kenaikan kupon/bunga pinjaman yang diraih PGEO akan berdampak pada cost of equity capital, yaitu tingkat pengembalian yang diinginkan oleh penyedia dana, baik investor maupun kreditur dan berkaitan dengan risiko investasi atas saham perseroan.
“Jadi cost of equity naik dan ini akan berisiko penurunan harga saham, kecuali kalau pada restructuring atau refinancing ini dapat bunga yang lebih bagus,” ujarnya.
Seperti diketahui, PGEO berencana menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun dengan kupon 5,15 persen per tahun yang jatuh tempo pada tahun 2028.
Anak usaha Pertamina ini akan menggunakan dana hasil emisi obligasi untuk melunasi seluruh sisa utang sebanyak USD400 juta dengan bunga di bawah 5 persen yang diraih pada Juni 2021 melalui sebuah sindikasi. Fasilitas pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada 23 Juni tahun ini. (RRD)