Menurut Ibrahim, sejumlah sentimen yang membayangi gerak mata uang Garuda berasal dari global, khususnya Amerika Serikat (AS).
"Kalender data AS yang sedikit minggu ini memberikan jeda setelah laporan pekerjaan yang kuat Jumat lalu, menyebabkan USD menguat dan membuat pasar meredam skala penurunan suku bunga yang diharapkan," kata Ibrahim.
(Fiki Ariyanti)