Di lain pihak, meski intensitas penjualan gas Rusia menurun, namun Negeri Beruang Merah dilaporkan masih mampu menghasilkan 600 juta euro dari aktivitas penjualan minyak akibat harga minyak dunia yang meroket tajam, yang salah satunya dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.
“Putin tidak dapat mengambil untung dari harga minyak yang terlalu tinggi dan tentu saja, langkah tersebut melindungi kita semua dari guncangan harga minyak tahun depan dan seterusnya,” ujar Kanselir Inggris, Nadhim Zahawi, sebagaimana dilansir Sky News, Minggu (4/9/2022).
Sementara, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyerukan dijatuhkannya sanksi keras terhadap aksi Rusia tersebut.
“Itu hanya akan membatasi aliran petrodollar dan euro gas ke Moskow, tapi juga, yang penting, memulihkan keadilan bagi semua orang Eropa, yang sedang coba diperas oleh Rusia, lewat harga yang digelembungkan secara artifisial di pasar energi," ujar Zelenskyy, dalam laporan yang sama.
Di antara negara-negara Eropoa lainnya, Jerman menjadi salah satu negara yang sangat bergantung terhadap pasokan gas dari Rusia. Untuk menghadapi krisis tersebut, Jerman telah mempersiapkan pemotongan pasokan gas serta memperingatkan warga untuk mengurangi konsusmsi energi. (TSA)
Penulis: Bayu Rama