sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Allo Bank (BBHI) Anjlok, Kekayaan Chairul Tanjung Menguap Rp48 Triliun

Market news editor Melati Kristina - Riset
09/02/2023 18:04 WIB
Pundi-pundi kekayaan Chairul Tanjung ikut merosot seiring ambruknya saham bank digital miliknya, Allo Bank Indonesia (BBHI).
Saham Allo Bank (BBHI) Anjlok, Kekayaan Chairul Tanjung Menguap Rp48 Triliun. (Foto: Forbes)
Saham Allo Bank (BBHI) Anjlok, Kekayaan Chairul Tanjung Menguap Rp48 Triliun. (Foto: Forbes)

IDXChannel – Kekayaan Chairul Tanjung (CT) belakangan ikut merosot seiring dengan anjloknya saham emiten bank digital miliknya, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).

Melansir data Forbes, kekayaan Chairul Tanjung sempat menyentuh USD8,5 miliar atau Rp127,50 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.000/USD) pada 28 April 2022 lalu seiring harga saham BBHI yang melonjak di kala itu.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada periode tersebut, harga saham BBHI melambung ke level Rp6.500/saham.

Selain saham BBHI yang memang terkerek, kapitalisasi pasar atau market cap dari emiten bank digital ini tergolong jumbo, yakni mencapai Rp141,25 triliun per 28 April 2022.

Sebagai perbandingan, market cap dari bank digital yang baru diluncurkan pada pertengahan Mei 2022 tersebut lebih unggul dibanding bank milik Chairul Tanjung lainnya, yakni PT Bank Mega Tbk (MEGA) yang telah berdiri sejak 1969 lalu.

Tercatat, per 28 April 2022, market cap dari MEGA hanya sebesar Rp72,79 triliun.

Sayangnya, euforia saham BBHI merosot seiring meredupnya saham bank digital tersebut. Melansir data BEI pada Kamis (9/2), harga saham BBHI sudah menyentuh Rp1.705/saham.

Artinya, market cap dari BBHI juga ikut terjun bebas menjadi Rp37,05 triliun pada 9 Februari 2023, dari Rp141,25 triliun pada 28 April 2022.

Sejurus dengan menguapnya market cap BBHI, kekayaan Bos CT Corp tersebut ikut turun tajam hingga 37,65 persen atau setara dengan Rp48 triliun.

Melansir data Forbes per Kamis (9/2), kekayaan Chairul Tanjung anjlok menjadi USD5,3 miliar atau Rp79,50 triliun seiring terjunnya saham BBHI. (Lihat grafik di bawah ini.)

Kendati sahamnya terus anjlok hingga 69,14 persen dalam setahun belakangan, BBHI masih mencatatkan valuasi yang mahal.

Adapun, per Kamis (9/2), nilai price earnings ratio (PER) dari BBHI mencapai 132,94 kali. Dengan rasio PER tersebut, valuasi BBHI jauh lebih mahal dibandingkan rerata PER industri yang sebesar 12 kali.

Sementara dengan menggunakan metode asset-based (berbasis aset) yang populer untuk sektor perbankan, metrik rasio price to book value (PBV), valuasi BBHI juga masih kemahalan.

PBV adalah rasio yang membandingkan harga saham dengan nilai buku ekuitas. Semakin rendah rasio PBV, suatu saham bisa disebut semakin murah.

Saat ini, rasio PBV BBHI sebesar 5,87 kali. Secara sederhana, itu berarti harga saham BBHI diperdagangkan 5,87 kali di atas nilai buku per sahamnya.

Secara rule of thumb, rasio PBV dikatakan mahal apabila di atas 1 kali dan murah apabila di bawah 1 kali. Demikian pula, saham dengan PBV di atas rerata industri bisa disebut overvalued.

Nah, PBV rerata industri sendiri berada di angka 2,09 kali. Apabila menggunakan PBV rata-rata industri tersebut, harga wajar saham BBHI berada di kisaran Rp607/saham.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement