IDXChannel - Saham sejumlah emiten batu bara pada hari ini melemah pada penutupan sesi pertama perdagangan. Pelemahan tersebut menjadikan sektor energi turun di tengah kenaikan IHSG 0,13% ke level 6.949.
Dikutip dari IDX 2nd Session Closing, Kamis (9/2/2023), kejatuhan saham-saham tersebut terjadi usai harga komoditas dunia melemah usai sebelumnya berada dalam tren positif. Harga batu bara kontrak Maret di pasar ICE Newcastle kemarin ditutup turun USD229 per ton atau turun 8,89% dibandingkan level sebelumnya.
Pelemahan tersebut memutus tren positif dalam dua hari sebelumnya. Pada Senin dan Selasa (6-7 Februari 2023) lalu, harga batu bara tercatat menguat 12,96%.
Kemudian pada Selasa, harga batu bara kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di level USD251,35 per ton. Level ini pun menjadi yang tertinggi sejak 30 Januari 2023.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, saham di subsektor pertambangan batu bara saat ini masih dalam posisi downtrend.
"Secara garis besar investor mencermati peningkatan probabilitas resesi sehingga mempengaruhi permintaan di sektor komoditas khususnya batu bara," kata Nafan.
Nafan menilai, kenaikan yang terjadi pada harga batu bara dua hari lalu adalah technical rebound. Hal tersebut dilatarbelakangi harapan pemulihan ekonomi di China yang akan berdampak pada kenaikan permintaan batu bara.
Technical rebound yang terjadi pada harga batu bara tersebut juga berhasil mengangkat harga saham emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski demikian, Nafan melihat harga batu bara di Newcastle Coal Future memang masih dalam posisi downtrend.
Di sisi lain, sepanjang tahun lalu, pandemi dan perang Rusia-Ukraina menyebabkan disrupsi rantai pasok dan membuat ledakan harga komoditas. Namun, saat ini, disrupsi rantai pasok sudah mereda, sehingga harga komoditas masuk fase normalisasi.
Dalam jangka pendek dan menengah, Nafan mengatakan, Mirae Asset Sekuritas mencermati laporan keuangan emiten batu bara sepanjang 2022 yang diyakini progresif, terutama dari sisi laba bersih. Para investor dipastikan mengamati potensi pembagian dividen dari masing-masing emiten batu bara.
(YNA)