sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham FPNI Terbang 600 Persen Sebulan, Sudah Overvalued?

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
04/12/2025 10:39 WIB
Saham PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) melonjak signifikan selama sebulan terakhir di tengah sentimen mengenai peresmian pabrik petrokimia.
Saham FPNI Terbang 600 Persen Sebulan, Sudah Overvalued? (Foto: Lotte Chemical Titan)
Saham FPNI Terbang 600 Persen Sebulan, Sudah Overvalued? (Foto: Lotte Chemical Titan)

IDXChannel - Saham PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) melonjak signifikan selama sebulan terakhir di tengah sentimen mengenai peresmian pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara milik Lotte Chemical Indonesia (LCI) oleh Presiden Prabowo pada 6 November lalu.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.30 WIB, saham FPNI terbang hingga auto rejection atas (ARA) 25 persen ke level Rp1.955 per unit, level tertinggi sepanjang masa (ATH). Nilai transaksi mencapai Rp113,21 miliar.

Dengan ini, saham FPNI melejit 134 persen sepekan dan terbang 664 persen dalam sebulan. Sementara, sejak awal tahun (YtD), saham ini meroket 940 persen.

“Kenaikan saham FPNI dipicu oleh sentimen positif atas peresmian pabrik petrokimia Lotte Chemical Indonesia (LCI), bagian dari grup yang sama. Proyek LCI berpotensi memberi pasokan bahan baku lebih efisien bagi FPNI dan mengurangi ketergantungan impor,” kata BRI Danareksa baru-baru ini.

Namun, analis BRI Danareksa menilai kenaikan tersebut belum sepenuhnya mencerminkan perubahan fundamental.

“Lonjakan harga saat ini lebih karena euforia dan spekulasi jangka pendek, sementara dampak fundamental baru akan terlihat jika FPNI benar-benar memperoleh suplai langsung dari LCI yang bisa menekan biaya produksi,” imbuh BRI Danareksa.

Kenaikan tajam harga belakangan ini membuat valuasi FPNI ikut menebal, terutama pada rasio Price-to-Sales (P/S), yang kini berada di sekitar 1,6 kali, lebih tinggi dari rata-rata industri yang berada di kisaran 1 kali.

Di antara emiten sejenis, FPNI berada di kelompok premium bersama Asiaplast Industries (APLI) (1,9 kali) dan Emdeki Utama (MDKI) (1,5 kali). Sementara Indo Acidatama (SRSN) dan Polychem Indonesia (ADMG) masih diperdagangkan di P/S sekitar 0,3 kali.

Kenaikan valuasi ini mencerminkan ekspektasi investor terhadap potensi peningkatan permintaan produk petrokimia seiring beroperasinya pabrik LCI.

Namun, kinerja keuangan FPNI sendiri dinilai masih perlu menunjukkan pemulihan yang lebih solid, mengingat profitabilitas perseroan dalam beberapa tahun terakhir masih tipis.

Dengan sentimen Grup Lotte yang tengah ekspansif dan valuasi yang sudah menanjak, pergerakan saham FPNI ke depan akan sangat dipengaruhi oleh realisasi permintaan, efisiensi operasional, serta sejauh mana sinergi LCI dapat memperkuat posisi perseroan dalam industri petrokimia nasional.

Rapor teranyar, FPNI membukukan kinerja keuangan yang membaik signifikan hingga periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2025. Perseroan mencatat laba bersih sebesar USD5,55 juta, berbalik dari rugi USD2,92 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan FPNI tercatat sebesar USD233,9 juta, turun dari USD281,3 juta tahun lalu seiring tekanan harga dan permintaan. Namun, perseroan berhasil menekan beban serta mencatat keuntungan lain-lain, sehingga laba sebelum pajak berbalik positif menjadi USD4,20 juta dari rugi USD4,17 juta tahun sebelumnya.

Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat USD5,54 juta, dengan laba per saham dasar sebesar USD0,0010, berbanding rugi USD0,0005 per saham pada periode yang sama tahun lalu.

Menurut laporan tahunan perseroan di 2024, FPNI berada di bawah kendali grup petrokimia global Lotte melalui struktur kepemilikan berlapis yang melibatkan entitas di Korea Selatan dan Malaysia. Berdasarkan prospektus perseroan, pengendali terakhir FPNI adalah Lotte Corporation (LC) yang berkedudukan di Korea Selatan.

LC memiliki 25,31 persen saham di Lotte Chemical Corporation (LCC). LCC kemudian menguasai 75,86 persen kepemilikan pada Lotte Chemical Titan Holding Berhad (LCTH) yang tercatat di Bursa Malaysia. Selanjutnya, LCTH menggenggam 100 persen saham Lotte Chemical Titan International Sdn. Bhd. (LCTISB).

Melalui LCTISB inilah pengendalian terhadap FPNI dijalankan. LCTISB tercatat memegang 92,50 persen saham FPNI, sementara publik memiliki sekitar 7,5 persen saham perseroan.

Sementara itu, proyek cracker LCI di Cilegon sendiri berada di bawah Grup Lotte, di mana Lotte Chemical Titan Holding memegang 51 persen saham di LCI.

Menurut pemberitaan media daring, Selasa (2/12/2025), Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM Rosan P. Roeslani menyatakan pembangunan pabrik petrokimia PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) berpotensi menekan impor bahan baku hingga 70 persen.

Menurut dia, beroperasinya fasilitas tersebut, yang diklaim sebagai pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara, akan memberi dorongan signifikan bagi perbaikan neraca dagang Indonesia.

Proyek Lotte Chemical Indonesia New Ethylene Project (LINE Project) di Cilegon merupakan realisasi investasi besar Lotte Chemical di Indonesia yang mencapai sekitar USD3,9 miliar (setara Rp62 triliun) untuk membangun kompleks Petrokimia Hilir berteknologi tinggi. 

Pabrik yang dibangun oleh LCI memiliki kapasitas produksi ethylene sebesar 1.000 kilo ton per tahun (kTA), menjadikannya pabrik ethylene terbesar di Indonesia dan pabrik naphtha cracker pertama yang berdiri di tanah air selama 30 tahun terakhir. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement