IDXChannel - Fenomena Auto Reject Bawah (ARB) yang melanda sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menimbulkan pertanyaan di kalangan investor.
CEO Sahamology, M Hamzah menuturkan, ARB bisa disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu teknikal dan fundamental.
"Kalau melihat kasus ARB sendiri mixed ya, bisa terjadi dua hal. Pertama dari sisi teknikal yang kurangnya likuiditas atau mungkin memang ada fundamental yang terjadi, sehingga saham tersebut mengalami ARB," ujar Hamzah dalam Market Buzz IDX Channel, Jumat (7/3/2025).
Hamzah menambahkan, ARB bukanlah kondisi yang umum, dan biasanya dipicu oleh perubahan fundamental yang signifikan atau faktor psikologis investor.
"Karena mengingat ARB ini kan kondisi yang enggak common atau bisa dibilang over psikologi, sehingga memang biasanya tidak hanya dari sisi teknikal, tapi juga biasa terjadi perubahan fundamental yang signifikan," kata dia.
Perubahan fundamental yang dimaksud bisa berupa anjloknya kinerja perusahaan, gagalnya aksi korporasi, atau berita negatif yang tiba-tiba muncul.
"Mungkin ada fundamental yang tiba-tiba anjlok, atau mungkin ada corporate action yang gagal, atau mungkin ada bad news yang terjadi pada saham tersebut," tutur Hamzah.
Hamzah menyarankan agar investor berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait saham ARB.
"Ketika saham-saham ARB memang lebih baik dihindari karena balik lagi, kalau kita melihat ARB enggak common dan biasanya terjadi karena ada lonjakan psikologis," ujarnya.
Namun, jika investor ingin berspekulasi, Hamzah menekankan pentingnya likuiditas saham.
"Kalau kita mau berspekulasi di saham ARB tentunya kita pastikan saham ini punya likuiditas yang jelas karena memang biasanya saham-saham ARB common di saham yang tidak likuid, artinya mungkin transaksi harian yang enggak besar, dan juga likuiditas bit over yang tipis, sehingga ARB sangat mungkin terjadi yang kondisi common bukan fundamental," katanya.
Hamzah mencontohkan saham BREN yang mengalami ARB akibat gagal masuk indeks MSCI.
"Sebenarnya kalau case seperti itu di beberapa minggu kemarin kita ngerasa di saham-saham yang gagal masuk MSCI seperti contohnya BREN, secara likuiditas oke. Memang kondisi ARB terjadi dari sisi psikologis investornya," tutur Hamzah.
"Kondisi seperti ini bisa diambil spekulasinya karena impact masih bersifat sementara," ujarnya.
Untuk diketahui, ARB adalah mekanisme perlindungan investor yang diterapkan oleh BEI untuk membatasi penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan. Saat ini, batas ARB adalah 15 persen dari harga pembukaan.
Fenomena ARB seringkali terjadi pada saham-saham dengan likuiditas rendah atau saham yang mengalami sentimen negatif. Investor perlu melakukan analisis mendalam sebelum memutuskan untuk membeli saham yang dilanda ARB.
(Fiki Ariyanti)