Ketegangan saat ini menciptakan batas bawah yang kuat bagi harga minyak. Analisis FXEmpire memperkirakan, minyak Brent berpotensi menguji level USD100 jika Selat Hormuz atau infrastruktur energi di kawasan tersebut terkena dampak langsung. Pelaku pasar disarankan bersiap menghadapi volatilitas lanjutan, terutama jika eskalasi konflik berlanjut dan mengganggu jalur distribusi vital.
JPMorgan Peringatkan Potensi Harga Minyak Tembus USD130
Jika gangguan di jalur Hormuz terjadi secara berkelanjutan, pasar bisa bergeser dari kondisi surplus ringan menjadi defisit yang serius.
JPMorgan memperkirakan hingga 1,7 juta barel per hari bisa keluar dari pasar jika konflik terus berlanjut, yang berpotensi mendorong harga minyak ke USD130 per barel—level yang belum terlihat sejak lonjakan komoditas pada 2008.
Guncangan harga minyak yang baru ini berpotensi menimbulkan dampak makroekonomi besar. “Jika harga minyak menembus dan bertahan di atas level USD100, inflasi AS bisa kembali melonjak ke kisaran 5 persen,” ujar Kepala Perdagangan di GSC Commodity Intelligence, Phil Carr.
Kenaikan biaya energi akan merambat ke seluruh rantai pasok, memaksa bank sentral menunda rencana pemangkasan suku bunga. Federal Reserve (The Fed), yang sebelumnya memberi sinyal jeda kebijakan, bisa terpaksa menahan diri lebih lama—membangkitkan kembali kekhawatiran stagflasi justru saat pasar mulai mengantisipasi tren disinflasi. (Aldo Fernando)