Menurut Ibrahim, sentimen utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September, didukung oleh data pasar tenaga kerja yang melemah, telah memperkuat ekspektasi pasar.
Ketua The Fed Jerome Powell, dan Gubernur The Fed Christopher Waller, sama-sama mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga.
Pasar saat ini memperkirakan probabilitas 82 persen The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada September, dengan total pelonggaran 50 basis poin hingga akhir tahun.
Selain itu, ketegangan geopolitik juga turut menjadi pendorong harga emas sebagai aset safe haven seperti harapan perdamaian meredup setelah Presiden AS Donald Trump, gagal memfasilitasi perundingan, sementara Rusia melancarkan serangan baru di Kyiv, Israel melanjutkan serangan di Jalur Gaza, memicu ketidakpastian global dan perlawanan dari berbagai negara dan AS mengenakan tarif tambahan 25 persen untuk impor dari India sebagai respons atas pembelian minyak mentah Rusia.