Dalam industri farmasi, misalnya, Reza mencontohkan dengan adanya perbedaan kondisi pasar yang sangat mencolok antara saat terjadinya pandemi COVID-19 lalu dengan situasi pascapandemi seperti saat ini.
Reza menjelaskan bahwa tantangan utama di industri farmasi saat pandemi COVID-19 dulu adalah bagaimana bisa meningkatkan kapasitas produksi semaksimal mungkin, seiring kondisi pasar yang sedang terjadi anomali, dengan lonjakan permintaan yang jauh melebihi ekspektasi.
"Tapi ketika masa-masa COVID-19 berakhir, saat kondisi pasca-pandemi seperti sekarang, apakah masih mau menggunakan pendekatan seperti saat pandemi dulu? Kan tidak mungkin. Sehingga perubahan pasti harus dilakukan," tutur Reza.
Reza menjelaskan salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk merespons perubahan tersebut diantaranya dengan melakukan penataan ulang atas jaringan pabrik yang ada saat ini.
"Logikanya kenapa kita punya banyak mobil kalau yang dipakai hanya beberapa saja? Termasuk juga pabrik. Sedangkan kita tahu, setiap pabrik itu pasti ada beban biaya yang harus ditanggung, mulai dari manpower, pasokan listrik, belum lagi kita bicara soal aset tanahnya, bangunannya, perpajakannya dan lain-lain. Sehingga untuk kinerja produksi yang lebih efisien, penutupan beberapa pabrik memang harus dilakukan," ungkap Reza.