Produk-produk Sritex bahkan telah diekspor ke berbagai negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, hingga Timur Tengah. Tak hanya itu, sejumlah produk Sritex seperti seragam militer pun kabarnya pernah mendapat orderan dari NATO.
Meski demikian, perusahaan ini rupanya sudah lama harus berkutat dengan masalah keuangan. Pada September 2023 lalu, ekuitas perusahaan juga tercatat negatif yang menandakan defisit modal serta kondisi perusahaan yang memburuk.
Salah satu faktor utama penyebabnya adalah utang Sritex yang sangat besar. Sritex tercatat mencapai USD1,6 miliar atau sekitar Rp24,66 triliun (kurs=Rp15.500/USD). Nilai ini bahkan melebihi asetnya yang hanya USD653,51 juta atau sekitar Rp10,33 triliun.
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa penurunan kinerja Sritex beberapa tahun belakangan ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut.
1. Pandemi Covid-19
Sritex menjadi salah satu perusahaan tekstil yang terdampak secara signifikan oleh pandemi Covid-19. Harga sahamnya mengalami penurunan drastis sejak awal pandemi. Meski sempat sukses mencatatkan pertumbuhan laba hingga rata-rata 18,5 persen per tahun, namun pada 2021, Sritex kembali mengalami kerugian bersih mencapai USD1,08 miliar atau Rp16,76 triliun.