“Kenaikan beban bunga menjadi tantangan utama industri perbankan saat ini, sebagai cermin ketatnya perebutan likuiditas di era suku bunga tinggi. Di sisi lain, bank terus memupuk dana pihak ketiga untuk menopang target kredit,” kata Venny.
Arief mengatakan, kenaikan beban bunga merupakan imbas dari kondisi pasar yang cukup volatil dalam setahun terakhir sehingga bank menyesuaikan tingkat bunga dan imbal hasil untuk dana yang dihimpun dari nasabah.
Meski demikian, struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jago tetap terjaga sehat, dengan porsi dana murah dalam bentuk giro dan tabungan mencapai 54 persen dari total DPK sebesar Rp21,44 triliun.
Efisiensi operasional pun membaik, tercermin dari rasio Cost to Income Ratio (CIR) yang turun signifikan. Per Maret 2025, rasio CIR tercatat sebesar 56 persen, membaik dibandingkan posisi Maret 2024 yang mencapai 80,10 persen.
Venny menilai, Bank Jago telah melewati fase kritis dalam periode investasi baru di mana fundamental yang dimiliki saat ini telah mencapai skala keekonomian. Dia menambahkan, sejak 2021 Bank Jago secara konsisten mencetak pertumbuhan laba bersih, didorong kinerja operasional yang berkelanjutan.