IDXChannel - Kalangan pelaku pasar memperkirakan bahwa ruang gerak harga minyak mentah AS bakal berada di kisaran USD80 hingga USD100 per barel di tahun depan.
Minyak berjangka untuk bulan Oktober diperdagangkan pada USD85 per barel, dengan prospek untuk 2023 sekitar USD79 per barel. Posisi harga ini terbilang melandai signifikan bila dibandingkan posisi awal tahun, di mana minyak diperdagangkan hingga lebih dari USD100 per barel seiring dimulainya perang Rusia-Ukraina.
Sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (20/9/2022), Bank of America (BoA) memperkirakan bahwa peningkatan harga minyak AS di tahun depan sebesar USD4 menjadi USD94 per barel.
"Pemotongan produksi sederhana tetapi dapat dibuktikan pada pertemuan OPEC+ terakhir," tulis pernyataan resmi BoA, dalam laporan tersebut.
Kelompok produsen tersebut pada awal September lalu telah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 100.000 barel per hari (bph) atau 0,1 persen dari total permintaan global, meski di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan dan kekhawatiran melemahnya ekonomi global.
Survei Barclays, sekitar 56 persen peserta di CEO Energy & Power Conference mengindikasikan bahwa mereka memperkirakan persediaan minyak global akan lebih rendah selama 12 bulan ke depan.
Gangguan pada rantai pasokan serta inflasi akan terus menganggu produksi bahan bakar fosil. Responden survei mengatakan bahwa mereka memperkirakan produksi minyak AS akan tumbuh sebesar 500.000 barel per hari menjadi 700.000 barel per hari.
Administrasi Informasi Energi, Badan Statistik Departemen Energi AS, memperkirakan produksi minyak rata-rata 12,6 juta barel per hari tahun depan, naik sekitar 800.000 barel per hari dari perkiraan 11,8 juta barel per hari tahun ini.
Peserta survei Barclays mengantisipasi inflasi ladang minyak untuk tetap menjadi masalah, dengan 68% menyarankan biaya akan melonjak menjadi 20% pada tahun 2023. (TSA)
Penulis: Nur Pahdilah