sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

TELE Disuspensi Lagi, Investor Misterius Haiyanto Setia Nyangkut

Market news editor Aldo Fernando - Riset
27/06/2023 12:31 WIB
Investor misterius Haiyanto tetap setia menggenggam saham TELE.
TELE Disuspensi Lagi, Investor Misterius Haiyanto Setia Nyangkut. (Foto: MNC Media)
TELE Disuspensi Lagi, Investor Misterius Haiyanto Setia Nyangkut. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Bursa menghentikan sementara perdagangan efek (suspensi) PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) per Selasa (27/6/2023). Investor misterius Haiyanto tetap setia menggenggam saham tersebut.

Sebelumnya, menurut keterbukaan, Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk melakukan penghentian sementara perdagangan efek TELE di seluruh pasar sejak sesi I perdagangan efek Selasa (27/6) hingga pengumuman lebih lanjut,

Selain itu, suspensi juga berlaku untuk Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap II Tahun 2016 Seri C (TELE01CCN2), Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap III Tahun 2017 Seri B (TELE01BCN3), dan Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 (TELE02CN2) yang diterbitkan perseroan.

Suspensi saham tersebut diputuskan bunga karena perseroan telah  menyampaikan permohonan penundaan pembayaran pokok dan bunga atas Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap II Tahun 2016 Seri C (TELE01CCN2), Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap III Tahun 2017 Seri B (TELE01BCN3), serta Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 (TELE02CN2).

“Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memerhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan,” jelas bursa dalam keterangan tertulis, Selasa (27/6).

Haiyanto Setia ‘Nyangkut’

Haiyanto adalah sosok investor yang namanya kerap menghiasi daftar pemegang saham di atas 5 persen, tetapi profil dirinya minim tersebar di internet.

Jejak Haiyanto di saham TELE mulai terlihat lewat laporan keuangan TELE per 31 Maret 2020 yang mana dia menggenggam 7% saham perusahaan.

Namanya tidak ada di laporan per 31 Desember 2019. Barangkali karena porsi kepemilikannya belum di atas 5% atau memang belum memborong TELE sama sekali.

Dalam periode kuartal I 2020, kinerja TELE tertekan dengan penurunan pendapatan (minus 56,09% secara tahunan/yoy) dan berbalik menjadi rugi Rp186,67 miliar.

Defisiensi modal TELE juga meningkat menjadi minus Rp2,02 triliun per 31 Maret 2020, membengkak dari posisi akhir Desember 2019 yang minus Rp1,64 triliun.

Puncaknya pada 5 Juni 2020, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat dari idBB+ menjadi level idCCC terhadap Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahun 2019 senilai maksimum Rp 1,44 triliun. Adapun obligasi tersebut akan diterbitkan selama 2 tahun sejak efektifnya Pernyataan Pendaftaran pada 28 Januari 2019 hingga 28 Januari 2021.

Kemudian, per 10 Juni 2020, bursa menghentikan sementara perdagangan efek TELE karena keraguan atas kelangsungan usaha perseroan berdasarkan hasil pemantauan khusus yang dilakukan oleh Pefindo.

“Efek utang dengan peringkat idCCC pada saat ini rentan untuk gagal bayar tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang lebih menguntungkan untuk dapat memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya atas efek utang,” tulis rilis Pefindo pada 8 Juni 2020.

Sebenarnya, sebelum suspensi teranyar, BEI sempat membuka ‘gembok’ TELE pada 7 Juni 2022.

Selepas suspensi dibuka, saham TELE langsung mengalami penurunan hingga auto rejection bawah (ARB) 7 persen (sebelum aturan baru 15 persen) berjilid-jilid hingga akhirnya harga saham tertidur di gocap (Rp 50 per saham) pada 24 Juni 2022 sampai saat ini.

Penurunan signifikan tersebut tetap tidak membuat Haiyanto melepas TELE. Per 22 Juni 2023, Haiyanto tercatat menggenggam 580.542.900 saham atau setara dengan 7,94 persen.

Selain di TELE, Haiyanto terekam memiliki sejumlah saham lainnya.

Terbaru, Haiyanto muncul dalam daftar 20 pemegang saham terbesar bank PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) per 30 April 2023. Investor underground tersebut menjadi pemegang saham NISP bersama investor kawakan Lo Kheng Hong (LKH).

Berdasarkan keterangan di website OCBC NISP, Haiyanto berada di posisi ke-14 dengan menggenggam 30,30 juta saham atau setara dengan 0,13 persen dari total saham bank tersebut.

Sementara, Lo Kheng Hong mengoleksi 120,84 juta saham atau 0,53%, berada di peringkat ke-9 pemegang saham NISP.

Menggunakan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 22 Juni 2023, Haiyanto tercatat menjadi pemegang saham di atas 5 persen di 4 emiten, yakni emiten Grup Maspion PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) dengan porsi 65,22 juta saham (10,29 persen), emiten properti Keluarga Honoris PT Modernland Realty Tbk (MDLN) dengan kepemilikan 1,17 miliar saham (9,33 persen).

Kemudian, di emiten sektor migas PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) 175,93 juta saham (22,85 persen).

Haiyanto juga berbagi tempat dengan LKH di saham emiten jasa pembiayaan Grup Panin PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), dengan kepemilikan 144,34 juta (3,62 persen) per 31 Desember 2022. LKH sendiri menguasai 5,12 persen saham CFIN, terbesar ketiga.

Selain itu, Haiyanto pun ikut berinvestasi di saham tambang batu bara BUMN PT Bukit Asam Tbk (PTBA) per 30 April 2023, dengan kepemilikan 248,93 juta saham atau 2,16 persen. Haiyanto menjadi pemegang saham individu terbesar di PTBA.

Halaman : 1 2
Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement