sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tembus Level Tertinggi sejak November 2022, Minyak Lanjut Tren Bullish

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
06/09/2023 09:15 WIB
Harga minyak mentah dunia kembali mengalami kenaikan lanjutan pada perdagangan Rabu (6/9/2023).
Tembus Level Tertinggi sejak November 2022, Minyak Lanjut Tren Bullish. (Foto: Freepik)
Tembus Level Tertinggi sejak November 2022, Minyak Lanjut Tren Bullish. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah dunia kembali mengalami kenaikan lanjutan pada perdagangan Rabu (6/9/2023). 

Minyak mentah Brent menghijau di level USD90,24 per barel, naik 0,23 persen pada pukul 8.15 WIB. Begitu juga harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,27 persen di level USD86,92 per barel, menurut data Oilprice.com.

Pada perdagangan hari sebelumnya, harga minyak WTI melonjak lebih dari 1,5 persen menjadi di atas USD87 per barel dan merupakan level tertinggi baru sejak November 2022.

Begitu juga dengan minyak Brent yang naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa (5/9). (Lihat grafik di bawah ini.)

Tren kenaikan harga minyak terus berlanjut setelah Arab Saudi mengumumkan akan memperpanjang pemangkasan produksi sukarela satu juta barel minyak per hari selama tiga bulan ke depan hingga akhir Desember.

Langkah ini diambil untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak. 

Arab Saudi menambahkan bahwa keputusan pemotongan yang telah diterapkan sejak Juli ini akan diperpanjang hingga Agustus dan September dan akan ditinjau setiap bulan untuk menjaga stabilitas harga melalui kebijakan pemotongan atau meningkatkan produksi. 

Pada saat yang sama, Rusia juga memperpanjang pengurangan ekspor minyak secara sukarela sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir tahun. 

Di sisi permintaan, kekhawatiran terhadap kesehatan perekonomian China terus berlanjut setelah PMI jasa di importir minyak mentah terbesar di dunia mengecewakan.

Indeks PMI jasa Caixin China turun menjadi 51,8 pada Agustus 2023 dari 51,9 pada Juli, meleset dari perkiraan pasar sebesar 53,6. Ini merupakan kenaikan paling rendah pada aktivitas jasa sejak awal tahun ini, di tengah meningkatnya tekanan terhadap perekonomian China.

Harga minyak juga mengalami kenaikan tajam meskipun ekspor minyak dari Iran dan Venezuela terus meningkat karena pasar yakin Amerika Serikat tidak akan menghalangi pasokan dari kedua negara tersebut.

“Saudi telah melihat hasil ini (pemotongan produksi minyak) efektif bulan lalu dengan pernyataan mereka yang lebih panjang dan mendalam, namun langkah hari ini masih berhasil mengejutkan banyak pelaku pasar. Sekali lagi membuktikan bahwa Pangeran Abdulaziz tetap teguh dalam sikapnya,” kata Helima Croft, analis di RBC Capital Markets.

Tak kalah menarik, minyak Ural produksi Rusia juga masih memiliki penggemarnya. Meskipun harga minyak Ural Rusia naik sepanjang Agustus, India tetap menjadi pembeli utama jenis minyak tersebut.

Diketahui sebelumnya, minyak mentah Rusia harus didiskon mencapai USD30 per barel setelah invasi Rusia dan adanya sankin Barat tidak membeli minyak dari negeri Beruang Merah. 

India mengambil keuntungan dari kondisi ini, sehingga meningkatkan impor minyak Rusia hingga 40 persen dari total impor.

Dolar Menguat Jadi Tantangan Pasar Minyak

Tantangan bagi pasar minyak, indeks dolar naik ke level tertinggi sejak pertengahan Maret menjadi 104,6 pada perdagangan Selasa, (5/9). Pada perdagangan pagi ini, dolar masih mengalami tren penguatan di level 104,82, naik 0,05 persen.

Tren bullish dolar didorong oleh sentimen risk-off menyusul mengecewakannya data PMI China dan Eropa, yang memicu kembali kekhawatiran terhadap perekonomian global. 

Penurunan aktivitas bisnis zona euro meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan pada bulan lalu. Hal ini disebabkan karena industri jasa yang dominan di blok tersebut mengalami kontraksi. Bahkan, blok tersebut dapat jatuh ke dalam resesi berdasarkan pembacaan beberapa analis.

"Kekhawatiran meningkat terhadap perlambatan pertumbuhan global yang disebabkan oleh China dan Eropa. Akibatnya dolar semakin menjadi safe haven yang kuat," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera yang berbasis di Washington.

Sebaliknya, di AS, para analis semakin yakin bahwa perekonomian dapat menghindari resesi. Juga terdapat indikasi bahwa The Fed berada di jalur yang tepat untuk melakukan soft landing, dengan inflasi mendekati target namun pasar tenaga kerja tetap ketat. 

Untuk saat ini, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan ini, dan kemungkinan kenaikan sebesar 25bps pada November berada pada angka 36 persen. 

Dolar menguat terhadap semua mata uang utama, dengan aktivitas pembelian paling menonjol terhadap AUD dengan kenaikan 1,2 persen setelah Reserve Bank of Australia mempertahankan suku bunga tidak berubah. 

Greenback juga mengalami kenaikan 0,4 persen terhadap Euro dan 0,7 persen terhadap pound Inggris.

Imbal Hasil Obligasi US 10 Tahun juga mengalami kenaikan 4,27 persen pada Rabu (6/9), setelah dolar kembali menguat.

Kenaikan dolar ini bisa membebani pasar minyak mengingat greenback masih menjadi instrumen perdagangan komoditas satu ini. 

Ini karena harga internasional untuk berbagai komoditas termasuk minyak mentah umumnya didasarkan pada dolar AS. Secara historis, harga minyak selalu berbanding terbalik dengan kekuatan dolar AS.

Bagi negara-negara pengimpor minyak, hal ini memberikan semacam efek kompensasi parsial yang dapat mengurangi biaya impor minyak.

Hubungan terbalik ini terjadi karena AS, sejak lama sejak tahun 1980 hingga 2020, merupakan negara pengimpor minyak bersih (net importir). (ADF)

Halaman : 1 2 3 4 5 6
Advertisement
Advertisement