Inflasi mulai merangkak naik, tercatat 2,4 persen pada Juli, terutama karena tekanan harga pangan dan energi. Bank Indonesia (BI) sudah memangkas suku bunga 25 bps ke 5,25 persen dan membuka peluang pemangkasan lanjutan hingga 4,75 persen pada akhir tahun. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan langkah ini ditempuh untuk mendukung kredit dan pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.
Di pasar modal, OCBC menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 7.700 pada akhir 2025. Valuasi saham-saham unggulan dinilai masih menarik dengan asumsi pertumbuhan laba 4,5 persen.
OCBC menyoroti tiga sektor yang berpotensi unggul. Sektor perbankan tetap menjadi pilihan utama dengan pertumbuhan kredit solid, margin bunga bersih (NIM) yang terjaga, kualitas aset sehat, dan permodalan kuat. Saham pilihan di sektor ini adalah Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI).
Sektor kedua adalah multi-sector holdings, yang dinilai diuntungkan oleh diversifikasi usaha, neraca kuat, serta dukungan dari belanja pemerintah dan pelonggaran moneter. OCBC merekomendasikan Astra International (ASII) sebagai saham unggulan.
Sektor ketiga adalah komoditas, yang diperkirakan terdorong oleh kombinasi pemangkasan suku bunga The Fed dan stimulus China, sehingga meningkatkan permintaan global. Pilihan saham di sektor ini adalah Trimegah Bangun Persada (NCKL), Aneka Tambang (ANTM), dan Merdeka Copper Gold (MDKA).