Kendati demikian, neraca TINS masih sehat dan stabil. Hal ini tercermin dari Quick Ratio yang mencapai 32,8 persen yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa bergantung persediaan. Sementara Current Ratio yang berada di angka 177,8 persen memberikan gambaran bahwa perusahaan dalam kondisi keuangan yang aman untuk pemenuhan kewajiban jangka pendek.
Dari sisi struktur modal, Debt to Asset Ratio tercatat sebesar 44,4 persen dan Debt to Equity Ratio sebesar 79,9 persen, menandakan bahwa tingkat utang masih berada dalam batas yang aman dan terkendali.
"Secara keseluruhan, angka-angka ini menunjukkan bahwa Perseroan berada dalam posisi keuangan yang cukup stabil untuk mendukung operasional perusahaan ke depan," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TIMAH, Fina Eliani lewat keterangan resmi, Minggu (2/11/2025).
"Seiring dengan peningkatan produksi dari quarter to quarter, momentum tren kenaikan harga logam timah global serta dukungan pemerintah terhadap perbaikan tata kelola pertambangan timah, perseroan berhasil membukukan laba bersih 9M 2025 sebesar Rp602 miliar dua kali lipat dari laba bersih semester 1-2025.“ ujarnya.
Permintaan timah global terutama dari sektor elektronik (tin solder dan tin chemical) tetap kuat, didorong oleh pasar Jepang dan China. Berdasarkan publikasi Kementerian Perdagangan, ekspor logam timah Indonesia sampai dengan September 2025 mencapai 37.946 metrik ton atau naik 28 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2024.