IDXChannel – Indeks utama Wall Street pada Jumat (29/8/2025) ditutup melemah. Bahkan S&P 500 turun dari rekor tertinggi karena anjloknya saham Dell, Nvidia, dan emiten terkait AI lainnya.
Secara rinci, S&P 500 turun 0,64 persen dan mengakhiri sesi di level 6.460,26 poin sehari setelah mencapai rekor penutupan tertinggi.
Nasdaq turun 1,15 persen menjadi 21.455,55 poin, sementara Dow Jones Industrial Average turun 0,20 persen menjadi 45.544,88 poin.
Sepanjang Agustus, S&P 500 naik 1,9 persen, Dow Jones naik 3,2 persen, dan Nasdaq naik 1,6 persen.
Adapun enam dari 11 indeks sektor S&P 500 menguat pada perdagangan kemarin, dipimpin oleh sektor kesehatan yang naik 0,73 persen, diikuti oleh kenaikan 0,64 persen pada sektor barang konsumsi pokok. Namun, indeks teknologi S&P 500 turun 1,63 persen.
Saham Dell anjlok hampir 9 persen dan menjadi salah satu yang mengalami penurunan terdalam di S&P 500 setelah tingginya biaya manufaktur untuk server yang dioptimalkan untuk AI dan persaingan yang semakin ketat. Hal itu membayangi proyeksi permintaan perusahaan yang optimistis terhadap infrastruktur kecerdasan buatan.
Nvidia merosot 3,4 persen, melemah tiga hari berturut-turut. Laporan kuartalan perusahaan raksasa AI tersebut pada Rabu gagal memenuhi ekspektasi tinggi investor, tetapi menegaskan bahwa belanja terkait infrastruktur kecerdasan buatan tetap kuat.
"Hari ini hanyalah pelemahan di sektor teknologi, di puncak pasar. Ini bukan pertama kalinya kami khawatir tentang investasi berlebihan dalam AI, kurangnya peluang monetisasi, dan hal-hal semacam itu,” kata kepala manajemen portofolio di Horizon Investments di Charlotte, Carolina Utara, Zachary Hill, seperti dikutip dari Investing, Sabtu (30/8/2025).
Di sisi lain, pasar saham juga dipengaruhi pengeluaran konsumen AS yang meningkat paling tinggi dalam empat bulan terakhir pada Juli.
Laporan dari Departemen Perdagangan pada Jumat menunjukkan tekanan harga yang ringan akibat tarif impor. Sementara itu, pembebasan tarif AS untuk impor paket senilai di bawah USD800 juga berakhir pada Jumat, yang meningkatkan biaya bagi bisnis dan, pada gilirannya, bagi konsumen.
Data inflasi sektor jasa AS menunjukkan peningkatan, tetapi para ekonom tidak yakin tanda-tanda permintaan domestik yang kuat akan mencegah Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga pada bulan depan di tengah melemahnya kondisi pasar tenaga kerja.
Para pedagang secara luas memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuannya di September.
Gubernur The Fed Christopher Waller, kandidat untuk jabatan tertinggi di bank sentral, mengatakan pada Kamis bahwa ia ingin mulai memangkas suku bunga bulan depan, sejalan dengan seruan Presiden Donald Trump untuk menurunkan biaya pinjaman.
"Bahkan jika kita melihat kenaikan inflasi, yang tampaknya memang terjadi, The Fed mungkin akan mengabaikannya, mengingat ini akan terkait dengan tarif dan bersifat sementara," kata kepala investasi di SEI, Jim Smigiel.
Sidang pengadilan atas upaya Trump untuk memecat Gubernur Federal Reserve Lisa Cook berakhir pada hari Jumat tanpa putusan langsung dari hakim yang menangani pertarungan hukum yang belum pernah terjadi sebelumnya tersebut, yang berarti pembuat kebijakan bank sentral AS tersebut akan tetap menjabat untuk saat ini.
Pasar saham AS akan ditutup pada hari Senin untuk libur Hari Buruh.
Ekspektasi penurunan suku bunga membantu indeks acuan S&P 500 dan indeks blue-chip Dow Jones mencatat kenaikan bulanan keempat berturut-turut, sementara Nasdaq yang didominasi saham teknologi mencatat kenaikan bulanan kelima berturut-turut.
Menariknya, saham Alibaba di AS justru melonjak 13 persen dan menjadi salah satu yang paling banyak diperdagangkan di Wall Street setelah perusahaan China tersebut melaporkan pertumbuhan kuartalan yang lebih kuat dari perkiraan dalam bisnis komputasi awannya, didorong oleh permintaan terkait AI. Selain itu, Wall Street Journal melaporkan Alibaba telah mengembangkan chip AI baru.
Saham produsen chip Marvell merosot hampir 19 persen setelah memproyeksikan pendapatan kuartalan di bawah ekspektasi.
Caterpillar, saham acuan ekonomi global, turun 3,65 persen sehari setelah produsen alat berat tersebut memproyeksikan biaya terkait tarif yang lebih tinggi pada 2025.
Adapun volume perdagangan di bursa AS relatif rendah, dengan 14,8 miliar saham diperdagangkan, dibandingkan dengan rata-rata 16,4 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya.
(Febrina Ratna Iskana)