"Seluruh negara yang memiliki pengaruh tas Israel, terutama negara yang memasok senjata utama seperti AS dan Jerman, dan juga negara Uni Eropa lainnya seperti Inggris dan lain-lain, harus segera mengakhiri kekejaman Israel atas warga Palestina di Gaza," kata Agnes.
Amnesty International memandang kondisi di Gaza terus memburuk terutama dalam dua bulan terakhir. Warga yang tinggal di wilayah ini menghadapi kelaparan akibat dikepung Israel. Selain kelaparan, mereka juga terancam nyawanya di tengah jatuhnya bom tiada henti sementara aksi bantuan kemanusiaan dibatasi.
Dalam laporan Amnesty International, sejak 7 Oktober 2023 hingga 20 April 2024, Israel telah meluncurkan 15 serangan udara di Gaza yang menewaskan sedikitnya 334 orang, termasuk 141 anak dan ratusan lainnya luka-luka.
Sebanyak 1,9 juta warga Palestina atau 90 persen dari total warga Gaza saat ini dipaksa pindah dari tanah kelahirannya. Israel telah mengabaikan hak warga Palestina yang dilindungi hukum internasional usai mereka terusir sejak 1948. Amnesty International menuding Israel sengaja melakukan ini untuk memberikan pesan bahwa tidak ada tempat yang aman bagi warga Palestina.
Menurut Agnes, Israel melakukan genosida selama berbulan-bulan meski sadar aksi yang dilakukannya merugikan warga Palestina. Israel juga mengabaikan peringatan dari negara-negara lain, termasuk Mahkamah Internasional (International Court of Justice atau ICJ) karena merasa mempunyai kekebalan hukum.