Isra melanjutkan, kendala selama ini yang dihadapi adalah pasien umumnya terlambat dirujuk, datang sudah dalam kondisi berat, dan kritis. Bahkan beberapa pasien meninggal dalam perjalanan menuju RSUDZA.
Kendala lainnya menurut Isra adalah Kapasitas Ruang PICU hanya 4 Bed, hasil uji pemeriksaan toksikologi belum didapatkan, Dokter ahli konsultan nefrologi anak yang tersedia hanya 1 orang dan terbatasnya tenaga perawat terampil Hemodialisa (HD) Anak.
Menanggapi laporan Isra, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan penanganan kasus GGAPA di Aceh saat ini sudah mulai terkendali, sehingga dapat disimpulkan untuk pemicu gagal ginjal akut di Aceh sudah bisa diidentifikasi.
“Harapannya agak semua pihak dapat melakukan kolaborasi agar tidak lagi meningkatnya kasus ini seperti melakukan pencegahan dan pengawasan termasuk tidak perlu khawatir untuk urusan pembiayaan telah dijamin oleh BPJS Kesehatan,” kata Melki biasa ia disapa.
Melki menambahkan, untuk obat Antidotum yang sudah dikirim juga sudah bisa dipakai untuk menekan dan mengurangi anak-anak meninggal di Aceh karena gagal ginjal akut. Bahkan kata Melki, obat tersebut diklaim efektif untuk menekan, mengurangi dan mencegah penyakit tersebut pada anak-anak.
(FRI)