Hal itu menunjukkan tekanan inflasi belum juga mereda. Bahkan ada kemungkinan akan terus mendorong kenaikan harga konsumen di masa mendatang.
Sementara itu, harga impor berbasis yen turun 7,2 persen pada April dibandingkan tahun lalu. Angka ini menunjukkan penguatan nilai tukar yen membantu menekan biaya impor, terutama bahan bakar dan barang komoditas lainnya.
Meski begitu, perusahaan tetap menaikkan harga pada awal tahun fiskal Jepang, yang dimulai pada April. Harga makanan dan minuman naik 3,6 persen dari tahun lalu, lebih tinggi dari kenaikan 3,4 persen pada Maret. Kenaikan terbesar terjadi pada produk pertanian, yang melonjak hingga 42,2 persen.
"Kerusakan pada ekonomi global dan perdagangan dari tarif AS mungkin lebih kecil dari yang diperkirakan pada 2 April. Tetapi tarif untuk mobil, suku cadang mobil, baja dan aluminium tetap ada, sehingga dampaknya terhadap produsen dan ekonomi tidak dapat diabaikan," kata Kepala Ekonom di Norinchukin Research Institute, Takeshi Minami.
"Yen, di sisi lain, melanjutkan tren penurunannya. Sementara inflasi grosir terlihat melambat menjelang akhir tahun, ada kemungkinan BoJ dapat menaikkan suku bunga lagi sekitar bulan September atau Oktober," ujarnya.