IDXChannel - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah menjalankan program percepatan pengobatan Tuberkolosis (TB). Seperti diketahui, Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara dengan kasus TB terbanyak di dunia.
Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan, mengatakan kebijakan ini telah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pengobatan ini disebut dengan TB-SO (Sensitif Obat) yang dilakukan selama 4 bulan.
"Umumnya pengobatan untuk pasien TB dilakukan secara mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) konsisten selama 6 bulan. Namun kini pengobatan TB bisa dilakukan dalam waktu yang lebih singkat yaitu kurang dari 6 bulan," ujar Erlina dilansir dari akun X miliknya, Selasa (26/3/2024).
Erlina menjelaskan program percepatan pengobatan TB ini dilakukan dengan melalui penelitian operasional dengan beberapa kombinasi obat.
"Pihak Kementerian Kesehatan RI akan mengimplementasikan pengobatan tersebut dalam bentuk penelitian operasional dengan obat-obatan yang digunakan," imbuhnya.
“Antara lain kombinasi Isoniazid, Rifapentine, Moxifloxacine, dan Pirazinamid selama dua bulan (2HPMZ) yang kemudian dilanjutkan dengan kombinasi Isoniazid, Rifapentine, dan Moxifloxacine selama 2 bulan (2HPM),” sambungnya.
Penelitian tersebut dimulai pada Maret 2024 dan dilaksanakan pada Rumah Sakit Pemerintah di berbagai daerah seperti RS Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, RS Islam Jakarta Cempaka Putih, RSUP dr. Hasan Sadikin, RSUD dr. Soetomo, RSUD dr. Saiful Anwar, dan RSUP dr. Kariadi Semarang. Tak cuma itu, ada dua Puskesmas di wilayah Jakarta.
Selain pengobatan selama empat bulan,
Erlina menjelaskan ada pengobatan TB lainnya yang lebih singkat, yakni TRUNCATE-TB strategy. Meski efektivitas pengobatan ini sama dengan OAT, tetapi pengobatan ini belum direkomendasikan WHO.
“Saat ini juga sudah dikembangkan panduan pengobatan TB- SO 2 bulan (TRUNCATE-TB strategy) yang memiliki efektivitas sama dengan pengobatan TB-SO 6 bulan. Namun untuk implementasinya, WHO belum memberikan rekomendasi,” jelasnya.