sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Polemik Gim Roblox, DPR Desak Literasi Digital Anak Masuk Kurikulum Pendidikan Karakter

News editor Achmad Al Fiqri
11/08/2025 19:50 WIB
Gim yang banyak dimainkan oleh anak-anak itu akan diblokir pemerintah.
Polemik Gim Roblox, DPR Desak Literasi Digital Anak Masuk Kurikulum Pendidikan Karakter (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
Polemik Gim Roblox, DPR Desak Literasi Digital Anak Masuk Kurikulum Pendidikan Karakter (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)

IDXChannel - Gim online Roblox menuai polemik di Indonesia. Bahkan, gim yang banyak dimainkan oleh anak-anak itu akan diblokir pemerintah.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani setuju larangan permainan digital seperti Roblox. Dia mendorong literasi digital bisa dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan.

Menurutnya, tantangan digital yang dihadapi anak-anak bukan saja bersifat teknis, tetapi sudah menyangkut aspek etika, keamanan, hingga ketahanan mental.

"Literasi digital bukan proyek penyuluhan teknologi, tetapi proyek peradaban yang menentukan kualitas demokrasi dan kemanusiaan masa depan,” kata Lalu, Senin (11/8/2025).

Untuk itu, dia mendorong Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk memasukkan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Menurutnya, kurikulum literasi digital penting sebagai bagian dari pendidikan karakter.

“Literasi digital penting untuk ada di kurikulum sekolah sebagai bagian dari pendidikan karakter di era digital," kata dia.

"Maka kami mendorong Kemendikdasmen untuk menyusun kerangka kurikulum literasi digital yang responsif terhadap realitas sosial anak-anak masa kini,” kata Lalu.

Dia melanjutkan, penyusunan kurikulum harus melibatkan banyak pihak seperti psikolog, pendidik, komunitas digital, serta anak dan remaja. Hal ini ditujukan agar literasi digital yang diharapkan ada di sekolah, dapat memuat semua unsur yang dibutuhkan bagi anak-anak peserta didik. 

"Kurikulum yang baik bukan hanya sarat jargon digital, tetapi juga membumi dan kontekstual misalnya, bagaimana remaja menilai informasi keliru di media sosial, memilih tayangan yang sesuai usia, serta mengontrol waktu layar,” kata dia.

Lebih lanjut Lalu mengatakan, sekolah formal harus bertransformasi dari sekadar tempat transfer ilmu menjadi ruang pembentukan karakter digital.

Dia juga mengingatkan, barrier (pembatas) bagi anak-anak harus semakin dipertebal di tengah keterbukaan informasi yang sangat mudah diakses di era kemajuan teknologi ini.

"Literasi digital tidak boleh hanya diposisikan sebagai pelengkap atau pengayaan, melainkan sebagai kompetensi dasar yang wajib dibentuk sejak dini,” kata dia.

(Nur Ichsan Yuniarto)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement