Proyeksi 2025
- Ketika AS menarik sebagian besar dukungannya ke Ukraina, konflik bisa melambat ke "perang beku," di mana Rusia mempertahankan kendali atas wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki (Krimea, Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia). Sementara Ukraina kesulitan merebut kembali wilayahnya tanpa dukungan penuh dari Barat. Pada saat yang sama, Rusia akan mencoba memperkuat posisi diplomatiknya melalui tekanan energi dan politik terhadap Eropa.
- Uni Eropa tetap bersatu meskipun ada tantangan. Uni Eropa mungkin menjadi penopang utama dukungan bagi Ukraina, tetapi ini bisa membatasi kapasitas UE untuk menghadapi krisis lain, baik domestik maupun global.
- Ketika perjanjian transit gas tidak diperpanjang, ketegangan ekonomi di Ukraina bisa meningkat, tetapi ini juga mendorong percepatan transisi energi di Eropa, yang dalam jangka panjang bisa melemahkan leverage Rusia.
- Rusia dapat mengambil keuntungan dari kelemahan Barat. Jika ada celah dalam koordinasi Barat, Moskow mungkin akan meningkatkan agresinya untuk mencapai tujuan strategis sebelum kondisi geopolitik global berubah.
Berdasarkan proyeksi di atas, dapat dikatakan bahwa konflik Rusia-Ukraina pada 2025 sangat bergantung pada dinamika politik di AS, konsistensi dukungan Eropa, dan kemampuan Ukraina untuk bertahan secara ekonomi dan militer. Skenario terburuk adalah melemahnya aliansi Barat yang membuka peluang bagi Rusia untuk meningkatkan tekanan. Sementara skenario terbaik adalah tetap kuatnya dukungan Barat meskipun ada perubahan konstelasi politik di internal mereka.
(Ahmad Islamy Jamil)