IDXChannel - Rusia atau pihak-pihak pro-Rusia diduga kuat berada di balik pembocoran beberapa dokumen rahasia militer Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon).
Dugaan ini terlontar dari tiga pejabat AS yang enggan menyebut nama pada Jumat (7/4/2023). Mereka menegaskan, penilaiannya bersifat informal dan terpisah dari penyelidikan kebocoran tersebut.
"Dokumen-dokumen itu tampaknya telah diubah untuk menurunkan jumlah korban di pihak pasukan Rusia," kata para pejabat AS. Bocornya dokumen-dokumen penting itu diposting di media sosial dan berisi gambaran parsial perang di Ukraina. Dilansir dari New York Times, kumpulan dokumen awal diunggah di situs-situs termasuk Twitter dan Telegram, tertanggal 1 Maret. Dokumen tersebut "Rahasia" dan "Sangat Rahasia".
Kemudian pada Jumat, unggahan lanjutan muncul untuk merinci rahasia keamanan nasional AS yang berkaitan dengan wilayah termasuk Ukraina, Timur Tengah dan China. Departemen Kehakiman AS secara terpisah sedang menyelidiki kebocoran tersebut. Sementara Kremlin dan Kedutaan Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pada Jumat malam, Departemen Kehakiman AS mengatakan pihaknya telah menghubungi Departemen Pertahanan dan mulai menyelidiki kebocoran tersebut. Sayang mereka menolak berkomentar lebih lanjut. Kebocoran dokumen sensitif semacam itu sangat tidak biasa.
"Kami mengetahui laporan posting media sosial dan Departemen (Pertahanan) sedang meninjau masalah ini," kata juru bicara Pentagon, Sabrina Singh. Seorang juru bicara CIA mengatakan, agensi tersebut juga mengetahui postingan tersebut dan sedang menyelidiki klaim tersebut.
Satu dokumen yang diposting di media sosial mengatakan 16.000-17.500 pasukan Rusia telah tewas sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022. "AS percaya angka sebenarnya jauh lebih tinggi, sekitar 200.000 orang Rusia tewas dan terluka," kata para pejabat. Pasukan Ukraina memukul mundur serangan awal Rusia di Kiev pada awal tahun 2022.
Operasi militer khusus Rusia telah menjadi salah satu perang parit di timur dan selatan. Spekulasi telah meningkat tentang serangan apa yang mungkin dilakukan Kiev dan Moskow di tahun kedua perang mereka. Dokumen yang bocor tampaknya tidak menyediakan informasi khusus tentang rencana perang Kiev.
Seorang pejabat kepresidenan Ukraina pada Jumat mengatakan, kebocoran itu berisi 'informasi fiktif dalam jumlah yang sangat besar'. Dokumen tersebut tampak seperti operasi disinformasi Rusia untuk menyebarkan keraguan tentang serangan balasan yang direncanakan Ukraina.
"Ini hanyalah elemen standar dari permainan operasional oleh intelijen Rusia. Tidak lebih," kata Mykhailo Podolyak dalam pernyataan tertulis.
(DKH)