IDXChannel - Kementerian Agama (Kemenag) membantah pernyataan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), Irfan Saputra yang menyebut kegagalan mendapat slot karena ada perubahan kebijakan Arab Saudi, sehingga mengakibatkan perubahan rute kepulangan haji.
Direktur Layanan Haji Dalam Negeri Kemenag, Saiful Mujab menyebut, kegagalan itu karena Garuda Indonesia memang lambat mengajukan jadwal penerbangan ke General Authority of Civil Aviation (GACA) Arab Saudi.
"Terkait perubahan rute kepulangan 46 kloter, sejak awal Garuda Indonesia memang telat dalam mengajukan jadwal penerbangan ke GACA," tegas Saiful Mujab dalam keterangan resminya, ditulis Jumat (28/6).
Menurut Saiful, kontrak kerja Garuda dengan Kemenag sudah dilakukan sejak awal. Dalam kontrak tersebut juga sudah diatur rute penerbangan jamaah, baik gelombang I maupun gelombang II. Gelombang I jamaah pulang melalui Jeddah dan Gelombang II melalui Madinah.
"Saya heran Garuda malah beralasan dengan perubahan kebijakan Saudi. Padahal mereka memang terlambat mengajukan slot time," ujarnya.
"Jadi perubahan slot 46 kloter itu ya karena Garuda lambat dalam proses koordinasi dengan otoritas Saudi. Ditambah lagi ada pesawat yang tidak siap terbang," Saiful menambahkan.
Kurang sigapnya kinerja Garuda Indonesia, lanjut Saiful, diperparah dengan masalah delay atau keterlambatan pesawat. Sepekan pemulangan jamaah haji, Garuda telah mengangkut 50 kloter.
Dari proses itu, setidaknya delay penerbangan lebih dari 2 jam dialami tujuh kloter, yaitu SOC 6, UPG 2, KNO 2, KNO 3, JKS 8, PDG 3, dan SOC 16. Paling parah adalah yang menimpa jamaah kloter 3 Embarkasi Kualanamu (KNO 03) yang delay 12 jam 30 menit.
"Delay sampai 12 jam tanpa pemberitahuan yang semestinya. Semua diinfo secara mendadak. Bahkan, jamaah sudah naik bus dari hotel menuju bandara, baru diinfo kalau pesawat terlambat," ujar Saiful.
"Hal ini berdampak sistemik, karena terkait hotel transit yang juga sudah ada kloter berikutnya yang akan menempati hotel yang sama. Akibat masalah Garuda ini juga, akhirnya jamaah yang dirugikan," keluhnya.
"On Time Performance atau OTP-nya sangat buruk," Saiful menegaskan.
Data yang tercatat di Kemenag, dari 50 penerbangan 2 kloter lebih cepat, 20 kloter tepat waktu, 8 kloter terlambat 30 menit sampai dengan 1 jam, 13 kloter terlambat 1 sampai 2 jam, dan 7 kloter terlambat lebih dari 2 jam.
Saiful berharap Garuda Indonesia fokus pada upaya perbaikan kinerja pada sisa penerbangan pemulangan jamaah haji Indonesia. Pastikan pesawat yang akan digunakan siap. Kru pesawat juga siap bertugas, sehingga potensi terjadinya keterlambatan atau delay penerbangan tidak terulang.
"Kasihan jamaah kalau Garuda delay terus. Saya harap Garuda fokus saja pada perbaikan kinerja. Layani jamaah haji Indonesia dengan baik dengan tidak membuat jadwal penerbangan delay," harapnya.
Diketahui, sebanyak 46 kelompok terbang (kloter) jamaah haji Indonesia berangkat pada gelombang I berubah rute penerbangannya. Sekitar 20 ribu jamaah yang seharusnya pulang melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah.
Karena Garuda Indonesia gagal mendapat slot time, jamaah harus pulang melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Akibatnya, jamaah harus menempuh perjalanan darat cukup jauh dan melelahkan.
(FAY)