sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Alquran Braille Lengkap 30 Juz Bakal Dicetak Ulang pada Akhir 2023

Syariah editor Widya Michella
13/11/2023 12:05 WIB
Kementerian Agama (Kemenag) akan segera mencetak ulang mushaf Alquran braille lengkap 30 juz pada akhir 2023.
Alquran Braille Lengkap 30 Juz Bakal Dicetak Ulang pada Akhir 2023. (Foto MNC Media)
Alquran Braille Lengkap 30 Juz Bakal Dicetak Ulang pada Akhir 2023. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Agama (Kemenag) akan segera mencetak ulang mushaf Alquran braille lengkap 30 juz pada akhir 2023. Mushaf Alquran standar braille merupakan varian dari mushaf standar Indonesia yang ditulis dengan kode braille yang diperuntukkan bagi penyandang tunanetra. 

"Alhamdulillah di tahun 2022 edisi penyempurnaan ini sudah kita cetak juga, lengkap 30 juz kita cetak untuk Alquran braille dan bahkan di tahun ini insyaallah akan kita cetak juga untuk mushaf braille,” kata Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kemenag Abdul Aziz Sidqi dalam keterangan resminya, Senin (13/11/2023).

Ia mengatakan, satu buah mushaf Alquran braille 30 juz bisa mencapai bobot 15 sampai dengan 20 kilogram. Setiap mushaf Alquran Braille yang akan diterbitkan harus melewati proses pentasihan di LPMQ. 

Sementara itu, target utama pendistribusian mushaf Alquran braille meliputi lembaga pendidikan, organisasi, yayasan, dan sekolah yang mengajar murid tunanetra.

“Kepada lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini mengajarkan Alquran braille, kepada organisasi, yayasan-yayasan yang memang bergerak di bidang braille itu dan sekolah-sekolah yang mempunyai murid tunanetra. Kita biasanya memberikan ke lembaga-lembaga itu atau juga majelis taklim khusus tunanetra,” kata dia.

Terkait perkembangan mushaf Alquran braille di Indonesia, Sidqi menjelaskan, penyusunan mushaf Alquran Braille dimulai sejak 1974, sejalan dengan pembahasan Mushaf Alquran standar Indonesia. Proses penyusunan memakan waktu sekitar 9 tahun dan disempurnakan pada tahun 1983, kemudian dikuatkan dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 25 tahun 1984.

“Penyusunan mushaf Alquran braille dimulai sejak tahun 1974, karena dibahas berbarengan dengan mushaf Alquran standar Indonesia di mana ada tiga mushaf Alquran standar Indonesia. Pertama mushaf Alquran standar Usmani, kedua Bahriyah, dan ketiga mushaf standar braille,” ujarnya.

Sidqi menuturkan, sejak 1984, mushaf Alquran braille ini dicetak, diedarkan, dan dibacakan oleh kalangan tunanetra, terutama di Indonesia. Pada tahun 2011, LPMQ menyusun buku pedoman membaca dan menulis Alquran braille. Lalu pada 2013, hasil penyempurnaan buku pedoman tersebut dicetak bersamaan dengan Alquran Braille yang telah disempurnakan lengkap dengan terjemahannya.

“Kita cetak Alquran braille edisi penyempurnaan ini dan juga ditambahkan ada terjemahan supaya teman tunanetra tidak membaca teks Alquran-nya saja, tapi juga bisa membaca mengetahui terjemahan Alquran itu,” ujar dia.

Dalam proses penyusunannya, Sidqi mengungkapkan, pihaknya bekerja sama dengan berbagai unsur masyarakat, khususnya lembaga-lembaga yang terlibat aktif, seperti yayasan di Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, dan Jakarta. Organisasi Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) juga turut dilibatkan sejak tahun 2011. 

“Di Ciputat itu ada yayasan yang khusus untuk menangani Alquran braille Raudlatul Makfufin. Di Bandung ada yayasan Wyata Guna. Semua stakeholder kita libatkan,” tuturnya.

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement