Wahyu menyatakan, model Authentic Halal Brand yang dikembangkan dapat menjadi panduan strategis bagi para pemilik brand yang ingin bertumbuh dengan nilai-nilai halal, tidak hanya secara simbolik, tapi juga substansial dan berdampak.
Evrin menuturkan, brand halal bukan sekadar label, tapi refleksi nilai, proses, dan komitmen. "Oleh karena itu, kami percaya bahwa pendekatan yang sistematis dan berbasis riset sangat diperlukan untuk memastikan brand benar-benar autentik di mata konsumen muslim,” katanya.
Untuk membangun brand halal yang otentik, minimal diperlukan 3 dimensi utama yaitu pertama brand signifier, suatu penciri yang mudah dilihat dan diingat oleh pelanggan.
Kemudian selain itu dimensi brand values, nilai-nilai yang memberikan manfaat baik secara fungsional, emosional dan spiritual bagi pelanggan.
Terakhir adalah brand role, yaitu peran brand di dalam membangun ekosistem halal baik di dalam maupun di luar perusahaan. Model Authentic Halal Brand (AHB) nantinya akan disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk buku, seminar, dan pelatihan-pelatihan yang dirancang secara khusus.