Mereka sampai melempar kotoran kepada sang nabi dan pengikutnya, namun Nabi Nuh AS diam saja tanpa membalas. Ia terus melanjutkan tugas hingga kapal terbangun sempurna. Setelahnya, ia memasukkan banyak binatangan—berpasang-pasang—untuk masuk ke kapalnya.
Kemudian, banjir bah itu dimulai. Diawali dengan hujan lebat yang teramat sangat, tak kunjung reda hingga tiga hari, hingga akhirnya terjadi banjir bandang. Kapal itu terbukti menyelamatkan Nabi Nuh AS dan pengikutnya.
Ketika tengah terapung-apung itu, Nabi Nuh AS melihat salah satu anaknya (Kan’an) dan mengajaknya untuk naik kapal. Namun anaknya itu durhaka, sejak awal enggan mengikuti ajakan sang nabi untuk menyembah Allah SWT. .
Alih-alih naik kapal, anaknya itu malah berenang menuju gunung. Tentu saja, ia tidak selamat. Pada titik itu, Nabi Nuh AS masih memikirkan keselamatan sang Anak, kasih sayangnya pada sang anak pun tak pudar.
Meskipun sang anak telah durhaka padanya. Kisah kebaikan Nabi Nuh AS ini menjadi pengingat bagi kita, bahwa kesabaran dan kebaikan itu tiada batasnya. Namun hidayah dan pengampunan Allah SWT, tetaplah ditentukan oleh-Nya.
Itulah cerita Islami tentang kebaikan yang menarik untuk disimak. (NKK)