IDXChannel - Identitas santri yang selama ini diidentikan berkutat pada kegiatan belajar ilmu agama, kini mulai berubah. Di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur misalnya, santri tidak hanya belajar mengaji, tetapi juga mereka diajarkan bagaimana cara berwirausaha.
Salah satu pelopor agar para santri belajar menjadi wirausaha adalah Kyai Hj Shobih Al Mu’ayyad, pengajar pondok pesantren sekaligus pemilik Toko Assalam yang kini sukses menjadi Agen BRILink. Baginya, keterampilan tersebut sangat berguna bagi para santri di masa depan.
Sebagai Agen BRILink, Kyai Shobih melibatkan para santri untuk membantu dalam bertransaksi di Toko Assalam. Hal ini dilakukan untuk tidak hanya meningkatkan penghasilan mereka, tetapi juga memberikan kesempatan untuk belajar berwirausaha di usia muda.
“Sebagai Agen BRILink, saya merasa keterampilan berwirausaha ini akan sangat berguna bagi anak-anak di masa depan. Karena itu, saya libatkan mereka untuk membantu transaksi sesama santri di Toko Assalam,” ujarnya, Rabu (14/6/2023).
Dari penghasilan menjadi Agen BRILink, Kyai Shobih mengaku memutar kembali uangnya untuk menyongkong kebutuhan di Pondok Pesantren Lirboyo. Dengan mengalokasikan sebagian hasil usaha untuk pesantren, ia berharap dapat memperkuat pendidikan serta fasilitas yang ada.
“Keuntungan dari transaksi ini juga saya putarkan untuk menyongkong kebutuhan di pondok pesantren ini,” katanya.
Kyai Shobih menambahkan, total sebanyak enam santri yang bekerja sampingan di Toko Assalam. Dua santri bekerja dari 07.00 pagi sampai 12.00 siang, kemudian digantikan oleh dua santri lainnya hingga 06.00 sore. Setelah itu, dua santri lainnya bergantian lagi.
Menariknya, sebagian besar nasabah di Toko Assalam merupakan anak-anak Pondok Pesantren Lirboyo dengan rentan usia mulai dari remaja hingga 30 tahun. Meskipun demikian, masyarakat umum juga dapat melakukan transaksi di Toko Assalam, namun jumlahnya tidak sebanyak para santri.
Selain belajar ilmu agama, para santri di Pondok Pesantren Lirboyo juga diajarkan bagaimana cara berwirausaha. (Foto: Sabang Prayogi)
Lebih lanjut, Kyai Shobih mengungkapkan dirinya sudah bergabung menjadi Agen BRILink sejak tujuh tahun lalu. Dikatakannya, ide ini muncul dari santri senior, Ahmad Taufiqurahman yang juga menjadi pengelola dalam menjalankan usaha BRILink di Toko Assalam.
Taufiq, sapaan akrabnya, mengatakan jika ingin mengakses layanan perbankan para santri harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Niat awalnya sederhana, yaitu hanya ingin membantu para santri dalam melakukan transaksi perbankan.
“Saya melihat adanya peluang yang sangat bagus di lingkungan pesantren ini. Misalnya untuk keperluan santri menerima transfer dari orang tua. Sedangkan ATM dari pondok itu jaraknya 500 meter,” ujarnya.
Dalam sehari, kata taufiq, gerai BRILink Toko Assalam mampu melayani 15 ribu sampai 16 ribu kali transaksi. Bahkan sejak pandemi Covid-19 melanda, Toko Assalam pernah menyentuh 23 ribu kali transaksi dengan perputaran uang kurang lebih 300 juta.
Dengan jumlah transaksi yang cukup besar tersebut, gerai BRILink Toko Assalam berhasil meraih hadiah-hadiah istimewa dari bank BRI, salah satunya yaitu mendapatkan satu unit mobil.
Menurutnya, untuk mencapai kesuksesan sebagai Agen BRILink, sangat penting untuk mendukung kebutuhan masyarakat atau santri. Salah satu contohnya adalah dengan menyediakan uang pecahan kecil yang memudahkannya dalam mendapatkan uang secara praktis.
Selain memberikan kemudahan kepada masyarakat, Agen BRILink juga perlu fokus pada pelayanan yang baik. Senyuman, salam, dan keramahan kepada nasabah adalah hal-hal yang tak boleh dilupakan.
"Meskipun terlihat sederhana, hal tersebut perlu diupayakan karena memberikan pelayanan yang baik adalah bagian penting dalam menjadi Agen BRILink yang sukses," tuturnya. (Adv/SNP)