Telegram
Aplikasi Telegram mementingkan privasi serta enkripsi sebagai fitur utamanya. Namun sebuah laporan pada September 2021 mengatakan, terdapat peningkatan kejahatan cyber melalui Telegram. Peningkatan tersebut terjadi usai banyak pengguna yang beralih ke Telegram lantaran kebijakan WhatsApp. Laporan tersebut terdeteksi oleh Financial Times serta kelompok intelijen cyber, Cyberint.
Keduanya menyebut, terdapat peningkatan 100% pada penggunaan Telegram untuk kejahatan cyber. Hacker beramai-ramai dari dark web ke Telegram guna menjual serta berbagi data pengguna yang dicuri atau bocor. Cyberint menemukan hacker ‘Email:pass’ serta ‘Combo’ yang banyak digunakan pada Telegram. Penggunaan tersebut meningkat empat kali lipat pada 2020 serta 2021.
Facebook menjadi salah satu deretan aplikasi rawan phising dan kejahatan digital lainnya. Biasanya pelaku kejahatan membuat salinan situs web jejaring sosial seperti Facebook. Kemudian, pelaku mencoba untuk memancing serta mendorong korban untuk menyerahkan data pribadi, seperti email, user ID, hingga password.
Terdapat beberapa metode yang digunakan pelaku ketika membobol serta membajak akun Facebook. Pertama, phishing. Teknik ini menjadi paling sering digunakan. Biasanya pelaku terlebih dulu menjadi teman di Facebook. Kemudian pelaku berpura-pura menjadi seseorang yang dikenal agar mendapat akses seperti password dan user akun Facebook.