IDXChannel - Masa pandemi, tepatnya 2020 menjadi tahun bangkitnya era digital di seluruh dunia. Salah satu aplikasi yang ketiban untuk saat itu adalah TikTok, di mana jumlah penggunanya meningkat hingga 100 kali lipat di dunia.
Tak hanya itu, e-Commerce juga mengalami peningkatan pesat ketika semua orang diwajibkan untuk bekerja dari rumah. Jumlah pesanan ikut melesat, hal ini juga yang membuat TikTok mulai melihat peluang baru dengan membuka TikTok Shop.
Hanya setahun setelahnya, Bytedance meluncurkan TikTok Shop fitur streaming. Rupanya fitur baru ini menuai respons positif dari masyarakat dunia.
Para pedagang, baik itu UMKM mapun profesional langsung menjual produknya melalu fitur yang disediakan tersebut. Mulai dari ribut-ribut penggunaan, hingga contoh pemakaian kepada calon pembeli mereka.
Tak hanya itu, para penjual pun diizinkan membuat sekumpulan produk yang mereka punya, sehingga TikTok tidak lagi sekadar aplikasi media sosial, tapi juga merambah menjadi e-commerce.
Melihat peningkatan yang begitu pesat, ditambah nilai transaksi yang tembus hingga triliunan rupiah, membuat CEO TikTok, Shou Zi Chew semnringah dan justru ingin meningkatkan investasinya senilai miliaran dolar di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Sejumlah janji pun diumbar, mulai dari pelatihan pengembangan bisnis lewat iklan, pelatihan, klaim untuk mendukung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di TikTok Shop.
Tak hanya itu, Chew juga jumawa dengan menyebut perusahaan telah merangkul 2 juta UMKM dan secara total 5 juta pelaku bisnis. Angka yang demikian besar.
“Dari jumlah tersebut, mayoritas adalah UMKM dan 2 juta di antaranya berjualan melalui niaga elektronik TikTok Shop,” kata Chew.
Keberhasilan TikTok dalam merekrut UMKM untuk berjualan melalui fitur yang disediakan pada aplikasinya berbanding terbalik dengan para pedagang tradisional. Mereka lantas mengeluh toko-toko mulai sepi dari pembeli.
Para pedagang lantas menutup lapaknya karena ketiadaan pembeli. Bahkan, kawasan Tanah Abang yang terkenal selalu ramai, jumlah pengunjungnya bahkan mulai bisa dihitung dengan jari.
Dede (29), salah satu pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang, menjelaskan belakangan kondisi pasar memang sepi dari pengunjung. Bahkan, toko-toko di Pasar Tanah Abang yang biasanya menjual pakaian jadi kini banyak yang sudah mulai tutup karena sepinya pengunjung.
"Kondisi pasar sebulan belakangan ini bikin pusing, tidak ada pengunjung, sepi, makanya banyak pedagang yang tutup juga," ujar Dede saat ditemui di Pasar Tanah Abang, Jumat (22/9/2023) lalu.