Selain itu, Sani mengungkapkan saat ini bus telah dilengkapi dengan teknologi modern yang dapat memantau perilaku pengemudi. Namun, ditegaskan semua itu kembali ke perusahaan otobus itu sendiri mengenai bagaimana cara mendidik sopir bus mereka.
“Jadi, untuk mencegah pengemudi ngeblong yang paling tepat adalah manajemen sumber daya melalui pemahaman akan teknologi kendaraan dan pemahaman pelayanan yang nyaman. Semua kembali ke management perusahaan otobus-nya seperti apa,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Om Sani itu menegaskan fitur speed limiter sudah disediakan dan menjadi standar wajib dari setiap pabrikan. Konsumen dalam hal ini pemilik PO bus bisa saja membuka fitur tersebut asalkan bertanggung jawab penuh.
“Speed limiter sudah dipasang pabrikan pada engine management-nya. Kalau untuk brand Eropa, saat kita minta buka speed limiter harus jelas alasan operator dan ada surat pernyataan akan menanggung semua akibat yang timbul,” ucapnya.
(SLF)