IDXChannel - Bank-bank sentral di Asia diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga lebih awal dibandingkan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed). Hal ini disampaikan dalam prediksi terbaru para ekonom Nomura.
Bank-bank sentral di Asia diperkirakan akan menjauh dari siklus pengetatan global yang dipimpin oleh The Fed.
Mengutip CNBC Internasional, kondisi ini dapat terjadi karena kondisi ekonomi makro yang berbeda di Asia.
“Pandangan kami tentang bank sentral di Asia yang memangkas suku bunga kebijakan menjelang The Fed dalam siklus ini didasarkan pada perbedaan mendasar antara ekonomi Asia dan AS,” tulis ekonom Nomura, Sonal Varma, pada catatan Jumat lalu (7/7/2023).
Sebelumnya, risalah dari pertemuan Juni The Federal Reserve menunjukkan akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat.
Sebaliknya, China telah memberlakukan pemotongan suku bunga karena pemulihan ekonomi yang tidak sesuai harapan dan investor sedang mengincar langkah-langkah stimulus lebih lanjut oleh pemerintah China.
Menurut survei real-time yang dilakukan oleh tim riset Nomura, lebih dari 32 persen responden memperkirakan bank sentral Korea Selatan akan menjadi yang pertama menurunkan suku bunga setelah China, diikuti oleh Indonesia, Filipina, lalu India. (Lihat chart di bawah ini.)

Sebelumnya, People's Bank of China (PBOC) secara mengejutkan memangkas suku bunga pinjaman utamanya pada Selasa (13/6/2023). Upaya Bank sentral China tersebut dilakukan dalam upaya menopang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
PBOC memotong tingkat suku bunga 7-day reverse repo rate pertama kalinya sejak Agustus tahun lalu. Langkah ini diyakini akan meningkatkan likuiditas sistem perbankan dan membuat pinjaman jangka pendek bisa lebih murah.
PBOC memangkas suku bunga sebesar 10 basis poin menjadi 1,90% dari sebelumnya 2,00% di tengah upaya menyuntikkan 2 miliar yuan (setara USD279,97 juta) kepada perbankan nasional melalui instrumen obligasi jangka pendek.
Risiko Disinflasi Jadi Perhatian
Ekonom Nomura mempertimbangkan kondisi penurunan sektor manufaktur yang menghambat pertumbuhan di wilayah tersebut. Selain itu, ada risiko disinflasi sebagai alasan utama mengapa mereka mengharapkan bank sentral Asia memangkas suku bunga lebih cepat dari The Fed.
Mengutip Investopedia, disinflasi umumnya digunakan oleh The Fed untuk menggambarkan periode inflasi yang melambat dan tidak boleh disamakan dengan deflasi yang dapat lebih berbahaya bagi perekonomian.