IDXChannel - Perbankan merespons kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps ke 6%.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menilai, penyesuaian suku bunga pinjaman maupun simpanan tentunya akan bergantung pada kondisi likuiditas masing-masing perbankan.
"Dengan mempertimbangkan strategi pengembangan usaha dan kondisi eksternal, termasuk perhitungan pada tren suku bunga di pasar dan suku bunga acuan," kata Rudi saat dikonfirmasi, Jumat (20/10/2023).
Menurut Rudi, kebijakan kenaikan suku bunga BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) menurut kami merupakan langkah pre emptive untuk mengantisipasi fluktuasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) serta menjaga stabilitas nilai tukar mata uang rupiah.
"Meski begitu, melihat kondisi perekonomian Indonesia sepanjang Semester I 2023, kami optimis ruang pertumbuhan masih terbuka sampai dengan akhir tahun," ujar dia.
Rudi melanjutkan, Bank Mandiri juga proyeksikan bisnis masih akan tetap tumbuh mengingat bahwa secara umum perbankan masih memiliki likuiditas yang cukup untuk melanjutkan ekspansi bisnis sejalan dengan laju perekonomian yang didukung oleh kebijakan fiskal Pemerintah.
"Dengan fokus pada penguatan ekosistem serta didukung oleh digitalisasi yang menyeluruh pada bisnis Bank Mandiri, kami optimis target pertumbuhan kredit Bank Mandiri masih dapat tercapai yakni di kisaran 10-12% dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian," jelas Rudi.
Hal yang sama disebutkan oleh Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers Paparan Kinerja Kuartal III 2023. Jahja berpendapat bahwa langkah BI menaikkan suku bunga merupakan langkah yang tepat untuk menjaga nilai rupiah.
"Kalau kita lihat, rupiah sempat menguat ke Rp14.600, kemudian kembali melemah ke Rp15.600. Bahkan tadi pagi mencapai Rp15.800. Mungkin itu yang menyebabkan BI menaikkan suku bunga," kata Jahja.
Meski demikian, Jahja juga mengatakan bahwa BI tidak bisa terus-terusan merilis kebijakan intervensi, karena dapat mengurangi devisa. Terlebih, Bank Sentral AS, The Fed, diperkirakan juga masih akan terus menaikan suku bunga sampai 2024 guna mencapai target inflasi 2%.
Kemudian soal Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Dia menuturkan, BCA secara Dana Pihak Ketiga (DPK) terbesarnya yakni dari rekening giro dan tabungan.
Menurut Jahja, giro tabungan relatif tidak terlalu banyak diubah, khususnya untuk tabungan. Namun, sisi layanan ditegaskan Jahja akan terus ditingkatkan oleh BCA.
"Untuk SBDK sendiri saya pikir akan mengikuti perhitungan average. Karena kita punya CASA yang terbesar dan deposito. Biasanya ada peningkatan BI Rate itu diikuti dengan peningkatan dari deposito," kata dia.
"Kalau dibutuhkan dana dan kalau LPS sudah menyesuaikan limit di zaman yang di bawah Rp2 miliar, tentu kita akan perhitungkan ke situ," imbuh Bos BCA ini.
Jahja menambahkan, sebelum ada perubahan-perubahan tersebut dan suku bunga deposito masih menarik, SBDK tidak akan diubah. "Jadi semuanya tergantung hasil perhitungan, karena kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia baru diumumkan hari ini," pungkasnya.
(DES)