IDXChannel - Negara-negara Eropa masih terus dipusingkan dengan gelombang kenaikan inflasi yang terus mencatatkan rekor tertinggi seiring terbatasnya pasokan energi yang membuat harganya di level global semakin melonjak signifikan.
Dalam kondisi tersebutu, Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) tidak memiliki pilihan lain, selain meningkatkan suku bunga acuan demi meredam lonjakan harga kebutuhan pokok di masyarakat. Namun, pilihan tersebut memiliki konsekuensi bakal menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya itu, tingginya bunga dinilai juga bakal merusak kredibilitas perbankan di negara terkait, sebuah kondisi yang tentunya tidak diinginkan dan sangat ingin dihindari oleh bank sentral.
“Tingkat inflasi kemungkinan akan melompat pada bulan September. Akibatnya, tekanan pada ECB untuk terus menaikkan suku bunga secara signifikan kemungkinan akan tetap tinggi,” ujar Ekonom Commerzbank, Christoph Weil, sebagaimana dilansir Reuters, Jum’at (2/09/22).
Menurut Weil, sektor makanan dan bahan bakar sementara ini memang tidak termasuk dalam daftar komponen yang turut mendorong peningkatan inflasi. Namun alkohol dan tembakau terus meroket menjadi 4,3 persen, dari sebelumnya sekitar 4,0 persen.
“Kami sekarang memperkirakan ECB akan menaikkan suku unganya sebesar 75 basis poin, minggu depan. Bahkan jika proyeksi staf baru untuk pertumbuhan mendekati skenario penurunan," Ekonom Bank AB, Nordea, dalam laporan yang sama.