sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Gelombang Inflasi di Eropa Tempatkan Bank Sentral dalam Posisi Dilematis

Banking editor Tim IDXChannel
04/09/2022 18:24 WIB
tingginya bunga dinilai juga bakal merusak kredibilitas perbankan di negara terkait, sebuah kondisi yang tentunya tidak diinginkan dan sangat ingin dihindari.
Gelombang Inflasi di Eropa Tempatkan Bank Sentral dalam Posisi Dilematis (foto: MNC Media)
Gelombang Inflasi di Eropa Tempatkan Bank Sentral dalam Posisi Dilematis (foto: MNC Media)

IDXChannel - Negara-negara Eropa masih terus dipusingkan dengan gelombang kenaikan inflasi yang terus mencatatkan rekor tertinggi seiring terbatasnya pasokan energi yang membuat harganya di level global semakin melonjak signifikan.

Dalam kondisi tersebutu, Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) tidak memiliki pilihan lain, selain meningkatkan suku bunga acuan demi meredam lonjakan harga kebutuhan pokok di masyarakat. Namun, pilihan tersebut memiliki konsekuensi bakal menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Tak hanya itu, tingginya bunga dinilai juga bakal merusak kredibilitas perbankan di negara terkait, sebuah kondisi yang tentunya tidak diinginkan dan sangat ingin dihindari oleh bank sentral.

“Tingkat inflasi kemungkinan akan melompat pada bulan September. Akibatnya, tekanan pada ECB untuk terus menaikkan suku bunga secara signifikan kemungkinan akan tetap tinggi,” ujar Ekonom Commerzbank, Christoph Weil, sebagaimana dilansir Reuters, Jum’at (2/09/22). 
 
Menurut Weil, sektor makanan dan bahan bakar sementara ini memang tidak termasuk dalam daftar komponen yang turut mendorong peningkatan inflasi. Namun alkohol dan tembakau terus meroket menjadi 4,3 persen, dari sebelumnya sekitar 4,0 persen.

“Kami sekarang memperkirakan ECB akan menaikkan suku unganya sebesar 75 basis poin, minggu depan. Bahkan jika proyeksi staf baru untuk pertumbuhan mendekati skenario penurunan," Ekonom Bank AB, Nordea, dalam laporan yang sama.

Di lain pihak, ancaman penurunan ekonomi global dalam perkembangannya seolah semakin sulit untuk dihindari, yang kemudian menggiring kekhawatiran masyarakat dunia terhadap bakal terjadinya resesi. Hal ini seiring dengan proyeksi bahwa sektor-sektor energi kemungkinan akan membatasi jumlah produksi, sehingga ditengarai bakal mendorong inflasi semakin meroket.

“Inflasi yang lebih tinggi akan semakin membebani permintaan, menyeret turun pertumbuhan dan mendorong ke dalam resesi musim dingin ini," Ekonom Oxford, Riccardo Marcelli Fabiani.

Fabiani juga mengatakan bahwa resesi sudah ada di depan mata, seiring dengan inflasi yang perlu dikendalikan. Kelangkaan tenaga kerja juga menambah kasus kenaikan suku bunga dan membiarkan resesi berlangsung. (TSA)

Penulis: Bayu Rama

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement