Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah (NPL) stabil di 2,0%, dengan coverage ratio tinggi mencapai 222,7%, sementara cost of credit (CoC) bertahan di level 1,0%. Hal ini menegaskan pengelolaan risiko BNI yang prudent.
Struktur permodalan juga tetap solid, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di 21,1% dan return on equity (ROE) sebesar 12,7%.
CGS Sekuritas memproyeksikan laba bersih BNI akan mencapai Rp20,7 triliun hingga akhir 2025, dengan potensi pertumbuhan sekitar 10% pada 2026, seiring pemulihan margin bunga bersih dan stabilisasi biaya dana.
"BNI telah menunjukkan keseimbangan terbaik antara pertumbuhan kredit, efisiensi biaya, dan kualitas aset. Dengan likuiditas longgar, manajemen risiko yang disiplin, dan pendapatan non-bunga yang terus meningkat, BNI berpotensi memimpin pemulihan sektor perbankan Indonesia tahun depan," ujar Handy.
(taufan sukma)