IDXChannel - Kelanjutan kejatuhan perbankan Amerika Serikat (AS) terus berlanjut. Pasca keruntuhan Sillicon Valley Bank dan Signature Bank pada Maret lalu, saham di dua bank regional AS lainnya, yakni PacWest Bancorp dan Western Alliance telah ditangguhkan.
Regulator bergerak untuk menghentikan perdagangan di PacWest yang berbasis di Los Angeles dan Western Alliance yang berbasis Arizona pada Kamis (4/5/2023).
Saham PacWest tergelincir lebih dari 50% dalam perdagangan harian Kamis (4/5/2023) dan telah jatuh lebih dari 85% sepanjang tahun ini. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kekhawatiran bahwa PacWest bisa menjadi domino berikutnya dalam krisis perbankan regional telah menempatkan saham pemberi pinjaman bermasalah di bawah tekanan, terutama setelah laporan menjajaki pilihan strategis termasuk penjualan potensial muncul tadi malam.
Bank pemberi pinjaman yang berbasis di Los Angeles ini melaporkan aliran keluar deposito senilai USD5 miliar dalam pada kuartal pertama tahun ini. Sementara, deposit hanya tumbuh sebesar USD700 juta semenjak akhir bulan Maret hingga 24 April 2023
Akuisisi First Horizon Bank yang berbasis di Memphis senilai USD13 miliar oleh Canadian TD Bank (TD) juga dibatalkan dan menambah tekanan jual untuk saham-saham bank-bank regional. Meskipun TD Bank mengatakan telah menarik diri dari perjanjian karena tidak bisa mendapatkan persetujuan peraturan.
Saham bank regional lainnya seperti Zions Bancorp (ZION) dan Comerica (CMA) anjlok sekitar 11% sementara saham KeyCorp (KEY) diperdagangkan 6% lebih rendah.
SPDR Regional Banking ETF (KRE), yang menjadi tolok ukur kinerja pemberi pinjaman kecil dan menengah, turun 5%. Ini juga menjadi penurunan hampir 40% sepanjang tahun ini.
Separah Apa Kondisinya?
Sebelumnya, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan lembaga pengawas Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) menyatakan kondisi ini jauh dari apa yang terjadi pada krisis keuangan global tahun 2008.
Namun, kini bank-bank AS, terutama bank regional sepertinya menghadapi masalah serius. Kondisi ini disebabkan oleh model bisnis bank yang bermasalah, kegagalan regulasi, terlalu banyaknya bank kecil dan menengah di AS, dan kenaikan suku bunga yang cepat dari bank sentral.
Kekhawatiran yang lebih besar adalah bahwa kegagalan bank dapat menyebabkan keraguan tentang bank yang relatif sehat. Ini bisa menciptakan penularan keuangan yang dapat berdampak pada ekonomi yang lebih luas.
Regulator AS sebenarnya telah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat pada bank-bank besar setelah krisis keuangan 15 tahun lalu. Namun, sepertinya kini masalahnya berada pada bank regional.
Mengutip AP News, perjuangan The Fed melawan inflasi memainkan peran kunci dalam kekacauan perbankan baru-baru ini. The Fed terakhir menaikkan suku bunga utamanya sebesar seperempat poin ke level tertinggi dalam 16 tahun terakhir pada Rabu (3/5/2023). Langka ini juga menjadi kenaikan suku bunga kesepuluh The Fed berturut-turut.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi telah mendorong deposan untuk memindahkan uang ke sertifikat deposito dan reksa dana pasar uang yang memberi imbal hasil lebih tinggi.
Kenaikan suku bunga ini juga berperan dalam perlambatan industri teknologi, yang berdampak besar bagi bank-bank West Coast seperti Silicon Valley Bank.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan akan memantau beberapa faktor, termasuk gejolak di sektor perbankan, dalam memutuskan langkah suku bunga selanjutnya.
Powell juga menekankan keyakinannya bahwa runtuhnya tiga bank besar dalam enam minggu terakhir kemungkinan akan menyebabkan bank lain memperketat pinjaman, dan itu akan membantu The Fed dalam melawan inflasi.
Kenaikan suku bunga cepat The Fed selama setahun terakhir ini juga diklaim telah mulai memperlambat ekonomi, dan sejumlah ekonom memperkirakan resesi di akhir tahun 2023 atau awal tahun 2024.
Powell juga mengatakan dia setuju dengan kesimpulan laporan The Fed yang dikeluarkan pekan lalu yang mengatakan penyimpangan dalam pengawasan berkontribusi pada kematian Silicon Valley Bank, dan merekomendasikan regulasi industri perbankan yang lebih ketat.
Adapun JPMorgan mengantisipasi saham bank akan terus tertekan karena ketidakpastian peraturan dan ekonomi.
"Kekhawatiran peraturan terutama akan diterjemahkan ke dalam berapa banyak bank perlu menambah modal, likuiditas, dan utang, yang semuanya akan memperkuat mereka dalam jangka panjang tetapi merugikan (earning per share)," kata analis JPMorgan dalam sebuah catatan.
Saat ini, investor mungkin tengah khawatir nasib PacWest bisa mencerminkan nasib First Republic Bank, yang menghabiskan waktu berminggu-minggu mencari pembeli sebelum akhirnya gagal.
Padahal, First Republic Bank juga melayani klien kaya namun banyak yang dengan cepat menarik simpanan ketika Silicon Valley Bank gagal.
Kenaikan suku bunga yang cepat selama setahun terakhir juga telah mengurangi nilai pinjaman dalam instrument terutama imbal hasil obligasi.
“Masalah mendasar, terutama di bank-bank ini, adalah campuran aset dan simpanan mereka tidak berkelanjutan. Simpanan terus menipis atau bank harus membayar mahal untuk itu,” kata Chris Caulfield, konsultan industri perbankan West Monroe. (ADF)