Nggak. OJK cara kerjanya tidak seperti itu. Bukan berarti tidak ada target, tapi cara kerja kami lebih berfokus pada memberi impact ke masyarakat. Memberi manfaat kepada daerah.
Jadi harapan kami bagaimana agar di seluruh daerah itu akan ada TPAKD. Sekarang mungkin sudah 83 persen seluruh daerah di Indonesia sudah punya TPAKD. Harapan ke depan kita usahakan agar bisa 100 persen.
Lalu misal soal KUR (Kredit Usaha Rakyat-red), kita juga harus jalan bareng-bareng dengan lembaga jasa keuangan setempat. Dengan banknya. Dengan BPR(bank perkreditan rakyat)nya. Nggak mungkin kita terlalu mendorong, dengan 'merem' tanpa melihat kondisi di lapangan.
Kalau kita paksa dorong, risikonya kan ke NPL (Non Performing Loan/rasio kredit bermasalah). Jadi nggak bagus juga. Nggak bisa dipaksa-paksa gitu. Peran kita lebih pada mengkonsolidasikan, di daerah ini masalahnya seperti ini, maka ini yang dibutuhkan. Lalu kita coba lihat (masalahnya). Kita dorong melalui Pemdanya. Solusi terbaiknya bagaimana. Win-win solutionnya seperti apa. Jika sudah ketemu, kita gerak bareng-bareng di lapangan.
Itu tadi bisa kita lihat kasus di Jogja. Anda bisa dengar sendiri kisahnya Bu Ninik, pedagang ultra mikro di daerah Taman Sari. Dulu dia dan teman-temannya sesama pedagang pinjam modalnya ke rentenir. Pinjam Rp1 juta, bayarnya Rp1,5 juta dalam tempo sebulan. Kan ngeri banget itu.