IDXChannel - Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan terkait kasus proyek Pembangunan Kereta Cepat Indonesia–China (KCIC) sudah mengalami masalah sejak dulu dan kehadiran kereta tersebut tidak mendesak.
Hal tersebut diungkapkan oleh Faisal melalui cuitan di akun twitter resminya pada @FaisalBasri, dan dirinya mengatakan bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mengalami cost overrrun miliaran dolar.
“Proyek mubadzir ini sudah ditengarai bermasalah sejak awal seperti yang saya katakan bahwa proyek pembangunan ini memang tidak mendesak,” ujar Faisal mdikutip, Minggu (5/9/2021).
Dirinya membeberkan tanggapan dirinya terhadap kereta percepatannya melalui tautan atau tulisan pribadi yang telah diunggah 6 tahun silam.
“Jadi, rasanya kehadiran kereta cepat sangat tidak mendesak. Apalagi mengingat kereta cepat sejenis Shinkansen pada galibnya hadir untuk jarak jauh seperti Tokyo-Osaka yang jaraknya hampir sama dengan Jakarta-Surabaya,” katanya.
Menurutnya, Kereta cepat adalah substitusi atau pesaing dekat pesawat terbang. Ada beberapa kelebihan kereta cepat dibandingkan pesawat terbang untuk jarak jauh. Pertama, stasiun kereta cepat biasanya berlokasi di tengah kota sehingga mudah dan lebih cepat terjangkau.
Faisal menganalisis bahwa kalau lancar, Jakarta-Bandung bisa ditempuh paling lama 2 jam lewat jalan tol Cipularang. Pilihannya pun banyak, bisa dengan kendaraan pribadi, travel seperti Cititrans atau Baraya atau Cipaganti dan banyak lagi, dan bus.
“Titik awal dan titik akhir sangat banyak. Mau dari Bandara Soekarno-Hatta, Hotel Kartika Chandra, SCBD, Bintaro, BSB, Kampung Rambutan, Lebak Bulus, dan banyak lagi.Di Bandung bisa turun dimana saja sejak keluar dari pintu tol Pasteur hingga tujuan akhir yang beragam pula. Jadi sangat fleksibel, dari titik awal terdekat dengan rumah atau kantor ke tujuan akhir yang paling dekat,” paparnya.
Pilihan lain adalah kereta api Parahyangan dari Gambir atau Jatinegara. Waktu tempuh lebih pasti, sekitar 3 jam. Bisa juga naik pesawat, sekitar 20-25 menit. Kereta cepat (bullet train) ditargetkan sekitar 45 menit.
“Jadi mengirit waktu 2 jam 15 menit dibandingkan dengan kereta api Parahyangan atau 1-1,5 jam lebih cepat dibandingkan dengan kendaraan pribadi atau travel tanpa macet,” pungkasnya. (TIA)