Sebagai negara importir minyak utama dari Timur Tengah, Indonesia diperkirakan akan terdampak baik dari segi pembengkakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada APBN, kenaikan harga BBM domestik, serta inflasi akibat tekanan terhadap daya beli masyarakat.
Selain itu, dia menilai, Indonesia juga mengalami hambatan pasokan energi lain, yaitu LPG yang diimpor dari Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) yang melewati Selat Hormuz.
"Peningkatan biaya logistik juga akan terjadi jika Indonesia harus mencari jalur alternatif untuk suplai energi," kata TB Hasanuddin.
Kendati demikian, TB Hasanuddin menyarankan sejumlah langkah strategis yang dapat ditempuh Indonesia dalam menyikapi kondisi ini.
Salah satunya, diversifikasi sumber energi ke energi terbarukan, mengupayakan diplomasi energi dengan negara-negara di luar Teluk Persia.
"Serta memperkuat cadangan energi strategis dan mempercepat pembangunan kilang minyak dalam negeri. Hal ini penting untuk menghindari Indonesia dari krisis energi jika eskalasi konflik makin tinggi," katanya.
Sekedar informasi, Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran bersiap menutup Selat Hormuz setelah Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas nuklir di negara itu pada Minggu (22/6/2025).