sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

APINDO Sebut Tekanan Berlapis Terpa Industri Nasional, dari Geopolitik hingga Tarif Trump

Economics editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
24/07/2025 16:01 WIB
APINDO mengungkapkan dunia usaha dan sektor industri nasional tengah menghadapi tekanan berlapis, baik dari dalam negeri maupun dinamika global.
APINDO Sebut Tekanan Berlapis Terpa Industri Nasional, dari Geopolitik hingga Tarif Trump. (Foto: Youtube IDX Channel)
APINDO Sebut Tekanan Berlapis Terpa Industri Nasional, dari Geopolitik hingga Tarif Trump. (Foto: Youtube IDX Channel)

IDXChannel - Ketua Bidang Industri Manufaktur APINDO dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Adhi S. Lukman, mengungkapkan dunia usaha dan sektor industri nasional tengah menghadapi tekanan berlapis, baik dari dalam negeri maupun dinamika global.

Ketidakpastian akibat gejolak geopolitik, perubahan iklim, dan disrupsi sistem perdagangan internasional menjadi tantangan utama yang sulit diprediksi.

“Kita mengalami kecemasan, mengalami ketidakpastian dan lain sebagainya, karena dunia ini terus terang tidak ada satupun yang bisa memprediksi,” kata Adhi dalam podcast ‘The Fundamentals’ IDX Channel, dikutip Kamis (24/7/2025).

Menurutnya, para pakar ekonomi internasional dan nasional sekalipun kini mengakui bahwa teori-teori ekonomi konvensional tidak lagi relevan sepenuhnya dalam menghadapi situasi saat ini.

Salah satu kekhawatiran yang disampaikan Adhi yaitu bangkitnya kebijakan proteksionis Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump. Terkait tarif impor, Indonesia dikenakan tarif sebesar 19 persen, turun dari sebelumnya sebesar 32 persen setelah negosiasi langsung dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto.

Situasi ini memperlihatkan kompleksitas tantangan yang dihadapi dunia usaha Indonesia. Tidak hanya persoalan daya beli dalam negeri yang menurun, tetapi juga ketidakpastian pasar ekspor dan tekanan dari kebijakan global membuat pelaku industri berada dalam posisi yang rentan.

“Itu semua mencerminkan tantangan-tantangan dari industri dan dunia usaha Indonesia yang saat ini sedang terjadi, makanya kita harap-harap cemas nih,” ujar Adhi.

Sebagai informasi, Indeks Manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers’ Index (PMI) turun dari 47,4 pada Mei 2025 menjadi 46,9 pada Juni 2025, sekaligus yang terendah dalam lima bulan terakhir. Hal ini menandakan tekanan yang semakin kuat di sektor industri manufaktur. 

Penurunan PMI turut mencerminkan kondisi dunia usaha yang semakin tertekan, baik dari sisi permintaan, produksi, maupun ketenagakerjaan. Adhi mengungkapkan para pelaku usaha saat ini tidak berada dalam kondisi yang baik. 

Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah sektor, terutama tekstil, garmen, dan alas kaki, menjadi salah satu indikator memburuknya iklim industri. Meskipun sektor makanan dan minuman masih mampu bertahan, kondisi tersebut tetap diwarnai oleh berbagai tantangan dan tekanan produksi.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement